Mengukur adalah suatu kegiatan untuk menimbang benda atau objek dengan sebuah alat ukur. Kemampuan menulis kita juga perlu diukur. Maksudnya hal ini untuk melihat pada level mana sebenarnya kita berada. Tentu bila ada standar kemampuan menulis yang profesional, maka kita akan lebih tekun untuk mengupgrade kemampuan kita.
Pernyataan Arswendo bahwa menulis itu gampang, tentu perlu disadari hal ini hanya untuk memberi motivasi. Kenyataan untuk menjadi penulis yang berbobot harus melewati jalan yang terjal dan sulit. Penguasaan perangkat dasar tentu kita sudah miliki, seperti penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), penguasaan editing, program komputer WS atau Word dan sejenisnya.
Kemampuan untuk mengembangkan ide juga tidak masalah. Membaca referensi dan buku-buku juga sudah dilakukan. Bahkan kemampuan untuk melakukan penelitian kecil-kecilan juga biasa dilakukan.
Apalagi berkenaan dengan struktur tulisan sendiri. Membuat lead yang baik sebagai referensi pembaca untuk membaca isi tulisan Anda sudah dikuasai. Kemudian, membuat judul yang eye catching atau menarik sudah bukan hal baru untuk dilakukan. Dengan kata lain, teknik menulis artikel sudah dikuasai dengan baik dan benar secara profesional.
Rupanya ada faktor penghambat, yaitu jarang menulis dan kurang berorientasi pada penerbitan. Ada sebuah pepatah Melayu bahwa tak kenal maka tak sayang. Jarang menulis berarti pengetahuan dasar dan kemampuan pendukung tidak akan bermanfaat sama sekali. Yang diperlukan seorang penulis adalah action field atau medan untuk bertindak, yaitu berlatih. Artikel opini yang sudah dibuat dapat dimuat di blog yang kita miliki. Bila belum punya blog, buatlah! Selama masih gratis, coba kita upload tulisan-tulisan kita.
Dengan mengupload tulisan atau artikel ke blog, muncul keberanian kita untuk memuat tulisan-tulisan yang kita sudah buat. Hal ini memungkinkan orang lain untuk membacanya. Berikutnya yang juga penting selain mengupload ke blog kita adalah mengikuti lomba-lomba penulisan.
Pada akhirnya, bila semua tahapan kita sudah kuasai dan berlatih dan berlomba sudah kita ikuti. Artikel-artikel yang kita buat tinggal menunggu menghiasi surat kabar, majalah, jurnal atau buku. Bersama dengan terbitnya berbagai artikel atau tulisan kita, nama kita menjadi branding tersendiri di tempat kita menerbitkan tulisan atau artikel itu. Selanjutnya terserah Anda!
Sabtu, 05 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar