Mangga dan buah-buahan lain di kebun Pak Marno seringkali berserakan hari-hari terakhir ini. Pak Marno bingung. Masalahnya buah-buahannya masih muda tetapi kok sudah jatuh. Di atas tanah di kebun itu terlihat jejak kaki yang memanjang ke berbagai arah. Berserakan pula batu-batu di sekitar pohon mangga dan pohon buah-buahan lainnya. Mangga dan buah-buahan itu dibiarkan saja membusuk. Agaknya tak satupun buah yang dilempar diambil oleh pelakunya karena mangga dan buah-buahan lain berserakan saja di sana dalam jumlah banyak.
Pak Marno menduga ada yang telah berbuat jahat di kebunnya sehingga mangga dan buah-buahan lain yang dia rawat selama ini berjatuhan di tanah. Pak Marno adalah seorang pria desa yang tidak pernah punya musuh. Dia juga seorang yang rajin beribadah. Tidak sekalipun shalat wajib dia lewatkan tanpa melaksanakannya di masjid. Silaturahmi dan hubungan dengan tetangga di kampungnya juga baik.
Sebenarnya Pak Marno tidak pernah berpikiran negatif terhadap siapapun. Kejadian hari ini hanya sekian hari belakangan ini membuatnya merenung. Kebunnya diacak-acak. Buah-buah berserakan, batang-batang pohon dan tanaman lain yang menjalar dicabut-cabut. Park Marno akhirnya harus menduga-duga untuk mencari tahu cara untuk mengetahui siapa yang telah membuat buah-buahannya di kebunnya hancur berantakan.
“Ada apa yang terjadi di kebunku,” Pak Marno membatin. Kerja kerasnya selama ini seperti tidak berharga. Belum tentu pula modalnya yang ditanamnya akan kembali. Buah-buah yang tersisa di pohon sudah dikiranya tidak cukup untuk mengembalikan modal kerjanya. Padahal kebutuhan dapur dan biaya anak-anaknya sudah menunggu.
“Bu, hari ini Bapak merasa beratnya kerja sebagai petani,” Pak Marno membuka pembicaraannya dengan isterinya yang setia mendampinginya. Pak Marno tidak ingin berbagi masalah dengan isterinya karena selama ini dia menganggap pekerjaannya adalah pekerjaannya. Biarkan isterinya dengan pekerjaannya karena beban kerja di pundak isterinya juga sudah cukup berat.
Awan hitam menggantung di langit. Hujan lebat akan turun. Hari ini terasa berat Pak Marno harus bekerja. Bukan tugasnya yang berat, tetapi ada orang yang membuat kerjanya hanyalah sebuah permainan yang sia-sia.
Dari kejauhan Pak Marno melihat anak nakal tetangga rumahnya. Di tengah hujan lebat dia melempari pohon-pohon dengan batu.”Rupanya perbuatan anak nakal itu?” Pak Marno membatin. Matanya berkaca-kaca tanpa kata dan dia hanya mengelus dada. Napasnya tersenggal. Dirinya diam seperti kehilangan kesadaran.
”Janganlah membuat pekerjaan orang lain sia-sia”
Kamis, 17 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar