Kamis, 03 Juli 2014

Tesis itu Keniscayaan



Setiap waktu dari detik ke detik jangan lupa untuk terus menulis. Apapun yang terlintas di benak anda maka tulislah saja. Hal ini memungkinkan tulisan itu mengalir terus. Menulis lebih tepat dilakukan dari pembuatan tesis. Apakah dalam bentuk 5 paragraf atau lebih. Selalu gunakan pernyataan tesis. Pernyataan tesis adalah pedoman dalam memasuki rimba belantara tulis menulis.

Pernyataan tesis akan memudahkan penulis untuk terus berkonsentrasi dalam penulisan. Konsentrasi akan hilang bila kita tidak memiliki pedoman. Hal ini dapat mengarahkan reason. Alasan yang kita kemukakan akan berpusat pada pernyataan tesis itu. Kemudian, kita dapat membuat evidence yang sesuai dengan reason terkait. Hal ini akan merupakan rantai cara berpikir secara runut dan gamblang. Tanpa pernyataan tesis akan membuat anda mudah terhenti dan tidak dapat melanjutkan tulisan anda.

Kemudian, pernyataan tesis akan memberikan rambu dalam pencarian secara mendalam dan terarah apa yang dibutuhkan di sebuah tulisan. Di tengah-tengah abad informasi, begitu banyak informasi tersedia. Bila tidak ada rambu dari pernyataan tesis, bisa jadi banyak informasi yang tidak dibutuhkan akan dimasukkan. Padahal, kita hanya menghendaki informasi sedikit agar pernyataan tesis itu dapat diterima pembaca.

Yang lebih menarik lagi, pernyataan tesis memberi semangat untuk menuntaskan penyelesaian tulisan itu. Dengan arah yang sudah jelas, adanya konsentrasi, pencarian data lebih mendalam dan terarah, penulis akan semangat untuk menyelesaikan tulisan itu. Ini logis terjadi. Perasaan girang mendorong penulis terus menghasilkan karya-karya yang menarik.

Oleh karena itu, tulis menulis tidak akan memiliki arti bila penulis mengabaikan keberadaan pernyataan tesis. Mengabaikan pernyataan tesis, berarti penulis itu menghilangkan kompas menulis. Dia akan melalui rimba tulisan secara berputar-putar. Lebih parah lagi, dia tidak dapat berkonsentrasi penuh. Hal ini terjadi karena dia mengalami kelelahan dengan kehilangan kompas menulis. Selain itu, pencarian data tidak dapat dilakukan secara mudah. Semua hal ingin dimasukkan. Paling parah, tanpa pedoman berarti dia akan malas menyelesaikan tulisan itu secepat-cepatnya. Yang lebih parah lagi bahkan dia tidak menyelesaikan tulisan itu.

Rabu, 02 Juli 2014

ANALISIS ATAS TULISAN PANGGUNG AKSI PARA KIPER



Panggung Aksi para Kiper adalah tulisan Achmad Maulana. Tulisan feature ini menarik untuk diulas. Tulisan ini sederhana tetapi tetap mempertahankan dasar-dasar tulisan argumentatif. Kita lihat dari tesisnya: Kiper Tim Howard (Amerika Serikat), Guillermo Ochoa (Meksiko), dan Julio Cesar (Brasil) pun kini menjadi perbincangan. Analisis ini mencakup dari tesis, pembuatan reasons dan evidence.

Tesis tulisan Maulana tidaklah lengkap. Dia hanya mengatakan "Kiper Tim Howard (Amerika Serikat), Guillermo Ochoa (Meksiko), dan Julio Cesar (Brasil) pun kini menjadi perbincangan." Siapa yang membicarakan? Apa yang dibicarakan? Penulis memusatkan pada tiga kiper: Tim Howard, Gillermo Ochoa dan Julio Cesar. Benarkah demikian?

Reasons pertama tulisan itu adalah mayoritas di media sosial menyanjung kiper-kiper itu. Siapa yang mengatakan itu? Vincent Kompany, tindakan Romelu Lukaku dan pelatih AS Juergen Klinsman. Kemudian, reason kedua dalah Romelu Lukaku rela memeluk Howard. Reasons 3 berupa pernyataan Klinsman.

Kemudian, tulisan itu membahas kiper Mexico Gullermo Ochoa. Penulis hanya menyebut nama panggilannya saja, yaitu Ochoa. Langsung ke reason: pujian serupa ditujukan kepada Ochoa karena membawa Meksiko menahan imbang Brasil 0-0 di pertandingan Grup A dan Cesar karena membawa Brasil menang atas Cile utuk lolos ke perempat final. Kalimat topik di bagian ini terdiri dari dua topik yaitu tentang pujian terhadap Ochoa dan pujian terhadap Cesar. Kemudian, tidak ada sama sekaling kalimat pendukung (supporting sentences).

Reasons berikutnya menyebut nama-nama kiper, seperti Keylor Navas dari Kosta Rika, kiper Jerman. Bahasan tentang Ochoa diselingi bahasan kiper Kosta Rika dan kiper Jerman. Ini memang agak aneh ya membahas kiper lain untuk masuk ke kiper Ochoa lagi. Kemudian, kalimat topik itu, tidak hendak dibahas secara lengkap dengan kalimat-kalimat pendukung. Misalnya, reason lain, Ochoa tidak lagi bermain di klub setelah klub Prancis Ajaccio terdegradasi ke Divisi II dan masa kontraknya juga habis. Kemudian, bagian ini melanggar batasan tesis yang sudah dikemukakan di awal yang hanya menyebutkan bahasan pada tiga kiper saja.

Dari analisis atas tulisan Panggung Aksi para Kiper, terlihat penulis mencari bahan dari sekitarnya. Tidak harus susah mencari bahan tulisan. Hal ini terdapat di mana saja, seperti media sosial, tulisan orang lain berkenaan dengan kiper-kiper tersebut. Usahakan evidence yang diusulkan untuk reasons itu memiliki nilai jual di koran. Walaupun beberapa hal menyalahi ketentuan dasar penulisan argumentatif, seperti dua kalimat topik pada satu paragraf, secara umum tulisan ini menarik. Ringan, mudah dibaca dan pantas diterbitkan. 

Lampiran

Panggung Aksi para Kiper
ACHMAD MAULANA dari Brasil

Penampilan gemilang kiper Kosta Rika Keylor Navas mendapat perhatian dari klub Liga Primer Liverpool. `Dua kata ... Tim Howard #respect (penghormatan)', demikian kicauan sederhana di jejaring sosial Twitter yang dibuat oleh kapten Belgia Vincent Kompany.

LIONEL Messi, Neymar, dan Robin van Persie boleh saja menjadi berita utama, tapi pahlawan sebenarnya di Piala Dunia ialah para penjaga gawang. Kiper Tim Howard (Amerika Serikat), Guillermo Ochoa (Meksiko), dan Julio Cesar (Brasil) pun kini menjadi perbincangan.

Lihat saja di media sosial. Mayoritas menyanjung kiper-kiper tersebut.

`Dua kata ... Tim Howard #respect (penghormatan)', demikian kicauan sederhana di jejaring sosial Twitter yang dibuat oleh kapten Belgia Vincent Kompany setelah menang atas Amerika Serikat di babak 16 besar, kemarin dini hari.

Bahkan, Romelu Lukaku yang mencetak gol kemenangan bagi Belgia dan Dries Mertens rela memeluk Howard, kiper Everton berusia 35 tahun, yang tampil apik sepanjang 120 menit itu.

Enam belas penyelamatan, beberapa dilakukan di jarak dekat, dua penyelamatan membuang bola di atas mistar gawang, merupakan catatan terbaik bagi penjagaan gawang setelah Piala Dunia 1966.

Lini pertahanan Amerika sepertinya tidak bisa menahan gempuran lini serang Belgia yang dikomandoi Eden Hazard, Mertens, dan Divock Origi.

Pelatih AS Juergen Klinsmann mengatakan Howard mempertahankan permainan tim mereka dengan benar hingga akhir permainan, meski Amerika mempunyai sejumlah peluang untuk menyamakan kedudukan hingga menit-menit terakhir pertandingan.

“Cara tim bermain malam ini sangat fenomenal,“ kata Klinsmann. “Selama pertandingan berlangsung, didukung oleh performa tim, kami kembali lagi ke permainan.“

Puji Ochoa Pujian serupa ditujukan kepada Ochoa karena membawa Meksiko menahan imbang Brasil 0-0 di pertandingan Grup A dan Cesar karena membawa Brasil menang atas Cile untuk lolos ke perempat final.

Kiper Kosta Rika Keylor Navas juga merupakan pahlawan bagi timnya, ketika bermain dengan 10 pemain saat mengalahkan Yunani di babak 16 besar.

Kiper sekaligus libero kiper Jerman Manuel Neuer juga beberapa kali berlari keluar dari kotak penalti untuk menghalau bola saat digempur pemain Aljazair. “Dia bereaksi seperti seorang libero dan melindungi kami dari banyak situasi berbahaya,“ kata pelatih Jerman Joachim Loew.

Neuer bermain gemilang bersama Bayern Muenchen, tapi bagi para penjaga gawang lainnya, penampilan gemilang bisa menjadi penyelamat karier mereka.

Namun, ironis, Ochoa yang menahan Brasil selama 90 menit tidak lagi bermain di klub setelah klub Prancis Ajaccio terdegradasi ke Divisi II dan masa kontraknya juga habis.

Padahal, Ochoa tampil apik.
Aksi heroiknya saat menyelamatkan sundulan Neymar dengan satu tangan bisa dibandingkan dengan aksi kiper Inggris Gordon Banks saat menahan tembakan Pele di Piala Dunia 1970. “Saya sangat tersanjung,“ kata Ochoa. Penampilan gemilang kiper Kosta Rika Neylor Navas juga mendapat perhatian klub Liga Primer Liverpool. Navas bahkan terpilih menjadi man of the match saat melawan Yunani di babak 16 besar.

“Saya telah menghadapi para pemain hebat dan saya tidak takut. Bermain dengan yang terbaik menjadi tantangan yang bagus untuk saya,“ kata Navas yang bermain untuk klub La Liga Levante. (R-1) maulana @mediaindonesia.com

Sumber: http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/

PERNYATAAN TESIS



Tulisan argumentatif memiliki kekhasan. Secara makna bahasa, tesis dapat disamakan dengan argumen, main idea atau a controlling idea. Dari pengertian bahasa itu, tulisan argumentatif menghendaki apa yang dinamakan pernyataan tesis atau singkatnya tesis. Tesis berupaya melakukan interpretasi, perbandingan, perbedaan, sebab akibat, pendirian atas satu pokok bahasan. Oleh karena itu, pernyataan tesis dalam tulisan argumentatif sangatlah penting karena hal itu haruslah merupakan argumentasi debatable, berupaya membuktikan sesuatu di makalah anda sehingga memiliki kriteria tersendiri di dalam penulisannya.

Argumentasi yang debatable menghendaki penulis berpikir kritis. Isi makalah anda tidak hanya berisi fakta semata, tetapi opini yang kuat atas pokok bahasan itu. Opini itu dalam tulisan argumentasi disebut klaim. Kemudian, klaim itu harus didukung dengan evidence sehingga klaim itu dapat diterima. Argumentasi yang debatable ini menghasilkan tesis yang debatable juga. Oleh karena itu, mengapa tesis yang debatable ini harus ditempatkan di paragraf awal. Misalnya, kalimat berikut berisi pernyataan tesis yang non-debatable: Kebutuhan gas di tanah air masih rendah. Sebaliknya, pernyataan bahwa kebutuhan gas di tanah air masih rendah menunjukkan pemerintah tidak berupaya melakukan diversifikasi BBM untuk kebutuhan dalam negeri.

Pernyataan tesis di dalam tulisan argumentatif adalah argumen sentral. Argumen sentral berarti semua bagian tulisan itu mengarah ke tesis. Klaim yang diajukan haruslah debatable. Kemudian evidence yang diajukan juga haruslah debatable. Dengan kata lain, argument sentral itu haruslah menjawab pertanyaan "why." Inilah kekuatan pernyataan tesis. Misalnya, klaim yang debatable adalah PLTGU di Semarang ini tidak dioperasikan bertahun-tahun karena Pertamina tidak memenuhi kebutuhan bahan bakar gas. Evidence berupa pernyataan pakar, data statistik atau sumber lainnya. 

Sebagai argumen sentral, penulisan pernyataan tesis haruslah gamblang, jelas dan mudah difahami. Agar gamblang, jelas dan mudah difahami, pernyataan tesis haruslah cukup sempit agar dapat dibuktikan di makalah. Kemudian, tesis harus ditulis dengan sebaik-baiknya. Tidaklah mengherankan tesis berada di awal paragraf. Selain itu, tesis harus logis dan masuk akal. Tidaklah mengherankan mengapa tesis juga ditulis dalam bentuk kalimat berita. Dengan kata lain, jangan sekali-kali tesis ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan. Kemudian, hindari penulisan tesis dengan membuat kutipan atau parafrasa tulisan orang lain untuk tesis anda.

Beberapa kriteria di atas menunjukkan perlunya pendirian penulis ditegaskan secara jelas. Pendirian itu dapat berkaitan dengan latar belakang pribadi, perspektif, pendekatan atau teori yang anda gunakan. Satu pokok bahasan dapat dilihat berbeda dari berbagai ilmu yang berbeda. Kemudian, mengapa tesis menghendaki menyebutkan pokok bahasan dari topik tersebut. Misalnya, di makalah ini pokok bahasan dari topik ini berkenaan dengan argumentasi debatable, berupaya membuktikan sesuatu di makalah anda sehingga memiliki kriteria tersendiri.

Karena tesis itu bersisi opini penulis, maka tesis itu berisi klaim. Ada beberapa jenis klaim, seperti a claim of fact; a claim of value; a debatable cause-effect claim; claim of policy. Perbedaan itu dapat dilihat dari penggunaan kata, seperti kata "will" yang menunjukkan a claim of facts, "benefit" atau "harm" berkaitan dengan arah argumen, kemudian a cause and effect of claim berkaitan dengan debat. Kata "should" atau "must" berkaitan dengan claim of policy. Ada juga berkaitan dengan claim about value.

Oleh karena itu, penjelasan ini memperlihatkan tulisan argumentatif berbeda dari jenis tulisan lainnya karena adanya tesis. Tesis ini dapat dibedakan berdasarkan argumentasi yang debatable. Jangan sekali-kali menulis tesis yang hanya berisi argumentasi yang non-debatable. Kemudian, tesis berupaya membuktikan sesuatu di makalah. Hal ini karena tesis berkaitan dengan klaim. Klaim membutuhkan reason dan evidence. Kemudian, ada cara penulisan tesis yang khas di dalamnya, seperti haruslah cukup sempit pokok bahasannya, logis, masuk akal sehingga klaim itu dapat dijelaskan secara gamblang, jelas dan mudah difahami.


Daftar Pustaka

Ehlen, Peg, How to Write a Debatable Thesis (03/06/2014)

Guide to Writing Thesis Statements (03/07/2014)

The Debatable Thesis < https://www1.villanova.edu/content/villanova/artsci/acsp/writingcenter/resources/handouts/_jcr_content/pagecontent/download_11/file.res/TheDebatableThesis.pdf.> (03/06/2014)

The Guiding Idea and Argumentative Thesis Statement
(03/06/2014)

Weida, Stacy dan Stolley, Karl, Developing Strong Thesis Statements (03/06/2014)

Membeda Artikel Opini



Menganalisis artikel opini orang lain yang terbit di berbagai koran nasional memungkinkan kita mengetahui cara menulis artikel opini yang dapat diterima di koran-koran. Menganalisis artikel opini dapat dilakukan melalui kalimat tesis, keywords, reasons dan evidence yang digunakan.

Kalimat tesis haruslah dapat debatable. Pengertian debatable memungkinkan muncul di antara pembaca antara setuju dan tidak setuju. Kesulitan seorang yang menganalisis artikel opini orang lain adalah menemukan kalimat tesis dan menentukan apakah kalimat tesis itu debatable atau tidak. Agar lebih mudah difahami kita dapat menganalisis tulisan Daniel Mohammad Rosyid tentang Menyoal Wajib Belajar yang terbit di Kompas pada 1 Juli 2014.

Kebetulan pada tulisan penulis M. Rosyid ini, tidaklah sulit menemukan pernyataan tesisnya: "Program itu amat populer, tapi perlu ditinjau ulang karena tidak akan pernah berhasil dan tidak perlu serta berpotensi menyesatkan apalagi dibumbui kata gratis." Dari kalimat tesis ini, terlihat penulis membahas tentang efektifitas program wajib belajar. Tulisan ini cenderung mengevaluasi kebijakan publik di bidang pendidikan ini.

Keywords di tulisan artikel ini juga terlihat. Konsep yang digunakan adalah wajib belajar, persekolahan, pendidikan, pendidikan nonformal dan informal, bias kelas menengah dan kelas atas, bias kota dengan lingkungan industri, bias industri dan abad internet. Keywords ini dieksplorasi lebih lanjut dalam kaitan konsep utama tulisan ini, yaitu wajib belajar, persekolahan dan pendidikan.

Karena artikel opini berupa evaluasi kebijakan, terlihat reasons yang digunakan. Misalnya, program No Child Left Behind yang diluncurkan Bush Jr. bolah dikatakan gagal menyediakan persekolahan 12 tahun untuk semua anak AS. Sistem persekokalahan dirancang dengan dua bias. Sekolah juga bias industri. Wajib belajar versus wajib sekolah sebagai hal yang menyesatkan. Karena meremehkan peran masyarakat dan terutama keluarga dalam pendidikan. karena belajar sesungguhnya merupakan kegiatan yang spontan dan berlangsung sepanjang hayat dikandung badan dan karena itu seharusnya menyenangkan agar bermakna bagi anak sebagai subjek yang belajar dan bagi semua warga belajar. Yang terakhir, bersekolah harus menjadi pilihan bebas bagi setiap anak Indonesia. Oleh karena itu, reasons di setiap paragraf di artikel opini mengarahkan cara evidence itu digunakan.

Setelah kita memahami bagaimana tempat reasons di artikel opini, kita dapat mengetahui bagaimana penulis menggunakan evidence pada kalimat-kalimat di setiap paragraf. Misalnya, dengan reason bahwa sekolah juga bias industri. Evidence yang penulis sampaikan berupa tercerabutnya anak-anak pedesaan dari lingkungan lokal mereka. Kemudian, kita dapat lihat menggunakan pernyataan pakar Ivan Illich berkenaan dominasi sekolah dalam pendidikan versus keluarga dan masyarakat.

Kemampuan kita untuk menganalisis artikel opini orang memungkinkan kita menerapkan pokok artikel opini di tulisan kita sendiri. Pokok artikel opini terdiri dari pernyataan tesis, keywords, reasons dan evidence yang digunakan. Janganlah lupa, pernyataan tesis dan kalimat topik haruslah berbentuk debatable. Jangan hanya menulis keduanya yang bersifat non-debatable. Kemudian, analisis harus dilanjutkan dengan pembedaan keywords yang digunakan dan apa yang sebenarnya. Hal ini harus juga disertai dengan reasons dan evidence yang digunakan. Berbagai evidence dapat digunakan sepanjang memenuhi reasons yang penulis sampaikan.


Lampiran

Menyoal Wajib Belajar
Daniel Mohammad Rosyid, Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur
KOMPAS, 01 Juli 2014

WAJIB belajar sebagai program pemerintah sudah cukup lama dikonsepkan dan saat ini wajib belajar 12 tahun gratis dijadikan bahan kampanye para calon presiden. Program itu amat populer, tapi perlu ditinjau ulang karena tidak akan pernah berhasil dan tidak perlu serta berpotensi menyesatkan apalagi dibumbui kata gratis.

Yang dimaksud wajib belajar ternyata diwujudkan dalam wajib bersekolah. Pemerintah melalui Kemendikbud praktis menyamakan pendidikan dengan persekolahan. Alokasi anggaran untuk persekolahan jauh lebih besar daripada untuk pendidikan nonformal dan informal. Maksud program itu, warga negara Indonesia diharapkan minimal lulusan SMA (bersekolah 12 tahun) dalam lima tahun ke depan. Ini sebuah program yang dimaksudkan untuk membebaskan semua warga negara untuk menikmati bangku sekolah hingga SMA tanpa membayar uang sekolah. Mungkin masyarakat harus tetap membiayai sendiri untuk seragam, sepatu dan buku, serta transpor ke sekolah.

Program tersebut tidak akan pernah berhasil dan sesungguhnya tidak perlu karena beberapa alasan. Berdasar pengalaman, Amerika Serikat sebagai negara adidaya dengan duit melimpah pun gagal. Program No Child Left Behind yang diluncurkan Bush Jr. boleh dikatakan gagal menyediakan persekolahan 12 tahun untuk semua anak AS. Studi Ivan Illich dkk di Cuarnavaca, Meksiko, akhir 1960-an sebelumnya dengan jelas mengingatkan bahwa pendidikan universal tidak mungkin diwujudkan melalui persekolahan (schooling).

Mengapa gagal? Sistem persekolahan dirancang dengan dua bias. Bias pertama adalah bias kelas menengah dan kelas atas. Artinya, anak miskin umumnya dirugikan atau terpaksa dropped-out karena berbagai sebab, terutama karena harus bekerja membantu ekonomi keluarga. Angka partisipasi kasar secara konsisten dilaporkan menurun dengan kenaikan jenjang sekolah. Hanya sedikit yang berhasil memanfaatkan sekolah untuk kemudian naik ke kelas sosial yang lebih tinggi. Bias kedua adalah bias kota dengan lingkungan industrial. Anak-anak di pedesaan, apalagi di daerah terpencil, dirugikan karena keterbatasan infrastruktur dari rumah mereka ke lokasi sekolah. Apalagi di daerah kepulauan Indonesia. Mereka harus menempuh perjalanan jauh dan perjalanan itu bisa berbahaya bagi keselamatan mereka. Bahkan, saat mereka tiba di sekolah, guru mereka belum tentu hadir.

Sekolah juga bias industri. Anak-anak pedesaan diasingkan sekolahnya dari lingkungan lokal mereka yang biasanya berbasis agrokompleks seperti pertanian, perkebunan, peternakan, serta perikanan. Urbanisasi besar-besaran yang melanda hampir semua kota besar di dunia disebabkan adanya persekolahan yang bias industri tersebut. Karena itu, sebenarnya tidak ada ’’daerah tertinggal’’ karena yang terjadi sesungguhnya adalah ’’daerah yang ditinggalkan’’ warga produktifnya untuk mencari pekerjaan di kawasan perkotaan. Minat warga muda untuk menekuni bidang agrokompleks terus menurun. Kebanyakan lebih tertarik di bidang otomotif dan informatika khas gaya hidup urban.

Wajib belajar yang diartikan sebagai wajib sekolah juga menyesatkan karena, pertama, belajar sesungguhnya adalah sebuah proses spontan yang tidak mensyaratkan persekolahan dengan semua formalismenya yang menyedot banyak sumber daya seperti gedung, guru, dan kurikulum. Belajar sebagai sebuah proses memaknai pengalaman setidaknya terdiri atas tiga kegiatan pokok. Pertama adalah eksplorasi, terutama melalui membaca. Kedua adalah mengalami, terutama melalui praktik. Ketiga adalah mengekspresikan diri, terutama melalui menulis dan berbicara. Tiga proses tersebut banyak terjadi justru di luar sekolah. Artinya, belajar sebagai kegiatan alamiah yang bisa terjadi di mana pun dan kapan pun diubah menjadi komoditas langka oleh sekolah. Kekeliruan sekolah tersebut semakin kentara pada zaman internet ini.

Kedua, mewajibkan setiap anak untuk bersekolah bisa merupakan sebuah kekerasan psikologis terhadap mereka. Bersekolah harus bersifat sukarela dan pilihan bebas karena anak bisa belajar di mana pun seperti di kepanduan, misalnya, dan terutama dalam keluarga di rumah. Daoed Joesoef menyebut keluarga sebagai sekolah cinta. Yang tidak bersekolah karena memilih belajar mandiri atau harus bekerja membantu keluarga tidak boleh diintimidasi sebagai kampungan dan tidak terdidik. Di samping itu, seperti yang terbukti banyak terjadi akhir-akhir ini, sekolah bukan selalu tempat yang aman bagi anak. Bullying dan kekerasan fisik oleh senior, intimidasi oleh guru melalui berbagai cara seperti pe-ranking-an, sampai pelecehan seksual dan tekanan untuk nyontek bersama terjadi di banyak sekolah. Artinya, akses gratis ke sekolah saat ini justru bisa membahayakan anak. Sekolah tidak bisa lagi taken for granted sebagai institusi yang suci dan mulia.

Wajib belajar yang diartikan wajib sekolah juga menyesatkan karena meremehkan peran masyarakat dan terutama keluarga dalam pendidikan. Birokrat pendidikan biasanya mengelabui masyarakat dengan mengatakan bahwa peran keluarga dan masyarakat tetap penting dalam pendidikan. Tapi, itu hanya retorika yang tidak diikuti anggaran yang didedikasikan secara memadai untuk masyarakat dan keluarga. Analisis lebih dalam akan menunjukkan bahwa sekolah memang berkompetisi melawan keluarga dalam pendidikan. Ivan Illich bahkan mengungkapkan, sekolah melakukan monopoli radikal di pasar pendidikan. Buktinya bisa kita lihat akhir-akhir ini dengan gejala ’’full-day school’’ dan hiruk-pikuk ’’pendidikan karakter’’ serta Kurikulum 2013. Wacana itu telah mempertaruhkan keterdidikan warga negara dan masa depan bangsa hanya di pundak persekolahan. Puasa sebulan penuh selama Ramadan bisa jauh lebih efektif dalam membentuk karakter anak daripada sekolah bertahun-tahun.

Wacana wajib belajar 12 tahun juga menyesatkan karena belajar sesungguhnya merupakan kegiatan yang spontan dan berlangsung sepanjang hayat dikandung badan dan karena itu seharusnya menyenangkan agar bermakna bagi anak sebagai subjek yang belajar dan bagi semua warga belajar. Wajib belajar, dalam praktiknya bagi banyak anak, bisa menjadi wajib mendengarkan guru yang membosankan dan sok tahu, terdiskriminasi berdasar kategori kecerdasan yang sempit, dan terasing dari jati diri sendiri melalui penyeragaman atas nama standar pendidikan. Sekolah juga justru sering menjadi penjara dan ladang pemasungan kreativitas anak.

Karena itu, pada abad internet ini, belajar tidak boleh lagi diwajibkan, sekalipun dengan penggratisan, apalagi harus di sekolah. Bersekolah harus menjadi pilihan bebas bagi setiap anak Indonesia. Yang penting adalah belajar, bukan bersekolah. Yang perlu dilakukan pemerintah bersama masyarakat bukan memperbesar persekolahan (schooling), tapi memperluas kesempatan belajar (learning opportunities) melalui jejaring belajar yang luwes dan lentur yang dapat diakses anak sebagai subjek belajar. Keluarga di rumah menjadi simpul belajar pertama dan utama dalam jejaring tersebut. Sudah tiba waktunya kita ganti wajib belajar dengan hak belajar di luar sekolah. Itu tidak saja lebih sedikit anggarannya dan lebih menjamin terwujudnya pendidikan universal, tapi sekaligus menjadi upaya nyata kita menjadi a learning society.