Bagaimana kita mencari informasi di internet? Gunakanlah mesin pencari (search engine). Seperti perangkat kerja lainnya, Anda harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara menggunakan mesin pencari tersebut. Hal ini menjadi penting karena Anda dapat mendapatkan informasi secara berhasil guna dan berdaya guna. Untuk apa kita bersusah payah padahal ada cara mudah untuk mencari data yang Anda kehendaki.
Mesin pencari yang paling sering digunakan adalah google.com. Dari Information Skill yang dirilis oleh Zayed University, Oxford, 41% peselancar menggunakan google.com dan 27% untuk yahoo.com. Peselancar lainnya menggunakan jenis mesin pencari lainnya, seperti infoseek, Exit, Goto, Caccha, AOL, Vivisimo, Altavista, Lycos, Ask, Alltheweb dan Theoma. Anda tinggal menulis atau mengklik di program penjelajah web antar-platform gratis (browser), seperti Mozilla Firefox, Opera, Internet Explorer, Netscape Navigator, NeoPlanet.
Mesin pencari itu akan mencari informasi yang Anda maksudnya. Ada berbaga jenis informasi di internet, seperti teks, indeks/abstrak, suara/lagu, gambar/foto/image, perangkat lunak, video, film, game, animasi. Atau informasi itu dapat pula berupa data statistic, formula/paten, catalog perpustakaan, catalog produk dan berita. Kemudian, format file sendiri berbeda-beda tersedia, seperti format .doc, .txt, .rtf, .pdf untuk text. Format file juga berbeda untuk images, animasi, video, audio, web dan program. Mesin pencari akan mencari apa yang Anda kehendaki bila Anda sudah pasti mencari informasi dengan format file tertentu.
Mesin pencari akan mencari, misalnya alamat situs (URL) yang sudah kita ketahui. Anda tinggal copy paste dan menempatkan di http://.... di mesin pencari. Gunakan pula logika Boolean yaitu AND , OR , NOT ketika Anda menelusuri di mesin pencari. Misalnya, tulislah pemilukada AND korupsi.
Kemudian, Anda dapat menggunakan frase (phrase search) dengan menggunakan tanda “……” atau (…..). Hal ini memungkinkan mesin pencari untuk menelusuri frase itu sebagai gabungan beberapa kata. Selanjutnya, Anda dapat menggunakan format pdf., ppt., doc dan lainnya dengan menuliskan filetype:pdf atau filetype:doc atau filetype:ppt. Lengkapnya dapat berupa: pemilukada OR korupsi filetype:pdf.
Anda juga dapat menggunakan cara lain, seperti melakukan pemenggalan kata (tructation), penggunaan huruf besar atau huruf kecil secara bersamaan atau sendirian atau penggunaan fasilitas pencarian lain di mesin pencari seperti basic search, Advanced Search, Publication search dan lainnya.
Dengan kata lain, pengetahuan cara berselancar dapat menjadi penting karena Anda akan cepat sampai ke tempat tujuan. Semoga bermanfaat!
Minggu, 27 Februari 2011
Tabayyun Bila Menerima Berita yang Menyesatkan
Pada satu hari seorang pemimpin kaum terkemuka di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah saw hijrah yang bernama Abdullah bin Ubay bertemu dan berbicara di depan orang-orang pendukungnya. Karena Rasulullah saw, sebagai tokoh terkemuka di mata kaumnya dia telah tersingkir. Masyarakat Yastrib telah menjadi bagian cikal bakal umat Islam.
Zaid bin Arqam tiba-tiba lewat. Dia mendengar percakapan Abdullah bin Ubay dan para pendukungnya. Pada waktu itu, Zaid bin Arqam masih kanak-kanak dan Abdullah bin Ubay membiarkannya mendengarkan pembicaraan mereka beberapa waktu. Kemudian, Zaid bin Arqam bersegera menemui Rasulullah saw. Disampaikannya perkataan Abdullah bin Ubay kepada Rasulullah saw. Perkataan itu suatu yang buruk dan menjelekkan Rasulullah saw dan Islam.
Mendengar laporan Zaid bin Arqam, kemudian Rasulullah saw mengajukan tiga pertanyaan kepadanya: Pertama, “Mungkin kamu marah padanya? Zaid menjawab, “Tidak”; Kedua, “Mungkin kamu tidak jelas mendengarnya? Zaid menjawab, “Tidak”; Ketiga, “Mungkin ada kata-katanya yang kamu lupa? Zaid kembali menjawab, “Tidak.”
Semua pertanyaan Zaid bin Arqam dapat jawab dengan tegas tanpa ragu sama sekali. Setelah mendengar laporan Zaid bin Arqam, Rasulullah saw tidak bertindak apapun juga. Beliau membiarkan beberapa waktu karena laporan Zaid bin Arqam belum sepenuhnya diyakininya.
Rasulullah saw tidak menganggap Zaid bin Arqam membawa berita palsu atau kejujurannya diragukan. Apa yang ditunggu Rasulullah saw atas berita Zaid bin Arqam adalah konfirmasi dari sumber-sumber lainnya. Apalagi Zaid bin Arqam masih belia sehingga akalnya belum sempurna.
Berkenaan berita Zaid bin Arqam, kemudian Abdullah bin Ubay mendatangi Rasulullah saw. Di hadapan Rasulullah saw, Abdullah bin Ubay menyampaikan berita versi Abdullah bin Ubay yang tentunya bertentangan dengan berita versi Zaid bin Arqam.
Di era modern dengan teknologi informasi yang sangat maju, berita versi Abdullah bin Ubay dan berita versi Zaid bin Arqam ada apa adanya. Begitu banyak berita itu tersebar dan disebarkan. Bukan hanya menggugat seorang tokoh, partai politik, organisasi sosial, lembaga-lembaga Islam dan negara-negara Islam bahkan menggugat Rasulullah saw dan isteri-isteri beliau.
Sebelum era teknologi internet, berita versi Abdullah bin Ubay tersebar melalui selebaran, stensilan, buku-buku tetapi pada era informasi sekarang ini individu-individu dan organisasi-organisasi sealiran dan sepeguruan dengan Abdullah bin Ubay dapat mengupload informasi dan berita di berbagai situs di internet. Dunia maya sekarang telah berubah menjadi medan perang urat syaraf (ghazwul fikri). Maka dari itu, perlu ada proses tabayyun atas berita dan informasi yang ada. Apakah berita dan informasi itu versi Abdullah bin Ubay ataukah versi Zaid bin Arqam.
Rasulullah saw telah memberikan uswah hasanah atas sebuah berita berupa tabbayun. Rasulullah saw memperhatikan berbagai aspek dari orang yang membawa berita (aspek psikologis seorang pembawa berita (kemarahan yang menyebabkan menurunnya tingkat objektifitas pemberitaan), kejelasan menangkap informasi secara lengkap, komprehensif dan gamblang dan kualitas pembawa berita penghapal yang baik atau pelupa).
Dengan tabayyun, kita dapat melihat apakah pembawa berita itu hanif atau sombong, ujub diri atau qonaah, lepas dari sifat dengki dan fitnah atau jujur. Di dunia maya, kita masih dapat menilai apakah pembawa berita itu memenuhi standar penilaian tersebut.
Mengenai berita atas dirinya, Rasulullah saw berada di antara dua versi berita dari Abdullah bin Ubay dan seorang bocah Zaid bin Arqam. Akan tetapi, Allah swt tidak membiarkan hamba-Nya dalam kebimbangan ini. Allah swt menurunkan ayat tentang kebenaran berita versi Zaid bin Arqam.
Allah swt berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat: 6)
Dalam ayat di atas, seorang mu’min harus membuat keputusan di atas keyakinan dan kepastian. Dia harus pertama-tama menghindari keraguan. Caranya dia harus memperlakukan informasi itu dengan hati-hati melalui pengecekan berulang-ulang tentang kebenaran berita itu. Hal ini akan menghindari dari kebodohan (jahalah). Kemudian, jati diri seseorang haruslah jelas. Kita perlu mengetahui apakah pembawa berita itu majhul (tidak diketahui kepribadiannya) atau sudah.
Berkenaan dengan pemberitaan ini harus dimunculkan sikap husnudzon (berbaik sangka) dan waspada. Ada dua firman Allah swt tentang hal ini:
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS Qaaf: 18)
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (QS An-Nur: 16)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah; menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maidah: 8)
Hadits Rasulullah saw juga membahas hal ini.
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (Al-Bukhari)
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain.” (Al-Bukhari)
Zaid bin Arqam tiba-tiba lewat. Dia mendengar percakapan Abdullah bin Ubay dan para pendukungnya. Pada waktu itu, Zaid bin Arqam masih kanak-kanak dan Abdullah bin Ubay membiarkannya mendengarkan pembicaraan mereka beberapa waktu. Kemudian, Zaid bin Arqam bersegera menemui Rasulullah saw. Disampaikannya perkataan Abdullah bin Ubay kepada Rasulullah saw. Perkataan itu suatu yang buruk dan menjelekkan Rasulullah saw dan Islam.
Mendengar laporan Zaid bin Arqam, kemudian Rasulullah saw mengajukan tiga pertanyaan kepadanya: Pertama, “Mungkin kamu marah padanya? Zaid menjawab, “Tidak”; Kedua, “Mungkin kamu tidak jelas mendengarnya? Zaid menjawab, “Tidak”; Ketiga, “Mungkin ada kata-katanya yang kamu lupa? Zaid kembali menjawab, “Tidak.”
Semua pertanyaan Zaid bin Arqam dapat jawab dengan tegas tanpa ragu sama sekali. Setelah mendengar laporan Zaid bin Arqam, Rasulullah saw tidak bertindak apapun juga. Beliau membiarkan beberapa waktu karena laporan Zaid bin Arqam belum sepenuhnya diyakininya.
Rasulullah saw tidak menganggap Zaid bin Arqam membawa berita palsu atau kejujurannya diragukan. Apa yang ditunggu Rasulullah saw atas berita Zaid bin Arqam adalah konfirmasi dari sumber-sumber lainnya. Apalagi Zaid bin Arqam masih belia sehingga akalnya belum sempurna.
Berkenaan berita Zaid bin Arqam, kemudian Abdullah bin Ubay mendatangi Rasulullah saw. Di hadapan Rasulullah saw, Abdullah bin Ubay menyampaikan berita versi Abdullah bin Ubay yang tentunya bertentangan dengan berita versi Zaid bin Arqam.
Di era modern dengan teknologi informasi yang sangat maju, berita versi Abdullah bin Ubay dan berita versi Zaid bin Arqam ada apa adanya. Begitu banyak berita itu tersebar dan disebarkan. Bukan hanya menggugat seorang tokoh, partai politik, organisasi sosial, lembaga-lembaga Islam dan negara-negara Islam bahkan menggugat Rasulullah saw dan isteri-isteri beliau.
Sebelum era teknologi internet, berita versi Abdullah bin Ubay tersebar melalui selebaran, stensilan, buku-buku tetapi pada era informasi sekarang ini individu-individu dan organisasi-organisasi sealiran dan sepeguruan dengan Abdullah bin Ubay dapat mengupload informasi dan berita di berbagai situs di internet. Dunia maya sekarang telah berubah menjadi medan perang urat syaraf (ghazwul fikri). Maka dari itu, perlu ada proses tabayyun atas berita dan informasi yang ada. Apakah berita dan informasi itu versi Abdullah bin Ubay ataukah versi Zaid bin Arqam.
Rasulullah saw telah memberikan uswah hasanah atas sebuah berita berupa tabbayun. Rasulullah saw memperhatikan berbagai aspek dari orang yang membawa berita (aspek psikologis seorang pembawa berita (kemarahan yang menyebabkan menurunnya tingkat objektifitas pemberitaan), kejelasan menangkap informasi secara lengkap, komprehensif dan gamblang dan kualitas pembawa berita penghapal yang baik atau pelupa).
Dengan tabayyun, kita dapat melihat apakah pembawa berita itu hanif atau sombong, ujub diri atau qonaah, lepas dari sifat dengki dan fitnah atau jujur. Di dunia maya, kita masih dapat menilai apakah pembawa berita itu memenuhi standar penilaian tersebut.
Mengenai berita atas dirinya, Rasulullah saw berada di antara dua versi berita dari Abdullah bin Ubay dan seorang bocah Zaid bin Arqam. Akan tetapi, Allah swt tidak membiarkan hamba-Nya dalam kebimbangan ini. Allah swt menurunkan ayat tentang kebenaran berita versi Zaid bin Arqam.
Allah swt berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat: 6)
Dalam ayat di atas, seorang mu’min harus membuat keputusan di atas keyakinan dan kepastian. Dia harus pertama-tama menghindari keraguan. Caranya dia harus memperlakukan informasi itu dengan hati-hati melalui pengecekan berulang-ulang tentang kebenaran berita itu. Hal ini akan menghindari dari kebodohan (jahalah). Kemudian, jati diri seseorang haruslah jelas. Kita perlu mengetahui apakah pembawa berita itu majhul (tidak diketahui kepribadiannya) atau sudah.
Berkenaan dengan pemberitaan ini harus dimunculkan sikap husnudzon (berbaik sangka) dan waspada. Ada dua firman Allah swt tentang hal ini:
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS Qaaf: 18)
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (QS An-Nur: 16)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah; menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maidah: 8)
Hadits Rasulullah saw juga membahas hal ini.
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (Al-Bukhari)
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain.” (Al-Bukhari)
Jumat, 18 Februari 2011
Sudut Pandang dalam Cerpen
Salah satu unsur intrinsik cerpen adalah sudut pandang (point of view). Di antara unsur intrinsik lainnya tema, tokoh, plot, sudut pandang juga berperan penting untuk membangun cerita secara apik dan menarik. Sudut pandang (POV) lebih berkaitan dengan posisi cerpenis dalam cerita. Ada tiga posisi yang digunakan cerpenis di sini ketika berbicara dengan pembaca yang budiman: orang pertama (aku atau saya), orang kedua dan orang lain. Banyak cerpenis memberi saran kepada pemula untuk menulis dengan POV sebagai orang pertama (aku atau saya).
Point of view (POV) dapat diartikan sebagai sudut pandang bercerita. Ada yang mengatakan pula bahwa sudut pandang berkenaan dengan ‘posisi pengarang dalam tulisannya”. Maka dari itu, pembaca yang budiman menjadi kunci prioritas POV. Seperti seorang pedagang, pembeli adalah raja, maka seorang cerpenis harus menempatkan pula pembaca yang budiman pada posisi ‘raja’.
Bila cerita tidak ditulis dengan apik dan menarik, maka pembaca acapkali bertanya: “Apa sih maksud cerpen ini?” Maka, membawakan cerita sedemikian rupa yang disukai oleh pembaca yang budiman menjadi krusial. Pembaca mau berlama-lama mendengarkan cerita cerpenis bila penulis dapat terampil bercerita. Bila sudah begitu, cerpenis berhasil melayani pembaca yang budiman dengan sebaik-baiknya.
Penulis melayani pembaca yang budiman dalam bentuk pemilihan POV, tema, plot dan tokoh cerpen yang tepat. Pengalaman akan menjadikan faktor penentu POV mana yang paling tepat dipilih oleh seorang cerpenis.
Misalnya, seorang cerpenis menggunakan tokoh POV “aku”. Dia menjadi tokoh utama dalam cerita itu. Dia akan mengeksplorasi pengalaman pribadi, perasaan, sikap, pandangan hidup dan segala hal dalam cerita itu. Sebaliknya pengalaman, perasaan, sikap, pandangan hidup dan segala hal lain yang terkait dengan tokoh lain di cerita dapat ditulis dalam bentuk ekspresi wajah, pernyataan dan gerak tubuh.
Contoh cerita dengan tokoh utama dengan sudut pandang POV ”aku” dapat seperti ini.
Bunyi SMS di telpon genggamku terdengar. Siapa sih di jam segini ada yang mengirim SMS. Sekitar jam 02.00 WIB suara bunyi SMS itu. Sungguh perbuatan iseng dan hanya ganggu orang istirahat saja. Telpon genggamku selalu berada dalam posisi on meskipun di tengah malam.
Bila ada ikhwahpun ngirim SMS paling-paling menjelang subuh. Aku masih berbaring di peraduan. Isteriku juga. Malas sebenarnya aku ingin meraih telpon genggam yang teronggok di atas meja samping.
”Anda mendapat hadiah mobil Alphard dari ..... (provider). Diharapkan Anda dapat telpon balik besok jam 10.00 WIB ke telepon ini. Anda mendapatkan hadiah kejutan dari .... (provider).” Aku baca pesan singkat di SMS dengan lamat-lamat karena masih ngantuk. Aku tidak peduli banget tetapi aku tidak mendelete pesan singkat itu. ”Aku pikir khabar penting, tetapi ternyata hanya SMS spam. Ganggu orang tidur aja!,” kataku membatin dengan kesal.
Terlihat sikap, perasaan dan gerak tubuhnya diungkapkan dengan jelas. Dia tidak dapat mengungkapkan tokoh lain dengan sebutan isterinya di sini. Apakah isterinya terganggu juga dengan suara sms atau gerak tubuhnya dan lainnya? Semua tidak dapat tergambarkan. Pembaca dapat melihat tokoh ’isteri’ hanya satu kalimat saja: ”Isteriku juga.” Maksudnya isterinya tokoh ”aku” berada dalam kondisi tertidur lelap.
Sang ‘tokoh isteri’ dapat menunjukkan perasaan tidak suka dan gerakannya yang mengganggu tidurnya bila dia bicara dan perilaku gerak geriknya. Tokoh ‘aku’ tidak dapat menyelami hal lain di luar tersebut di atas. Inilah kelemahan tokoh ‘aku’ bila Anda akan menggunakannya.
Penulis juga dapat mengambil POV lain berupa orang ketiga ”dia” atau tokoh rekaan yang menunjukkan orang ketiga. Perasaan, sikap, pengalaman dan lainnya dari tokoh rekaan ’dia” dapat diungkapkan dengan jelas. Penulis dapat menembus dan bersikap manasuka mengungkapkan pengalaman, pandangan hidup, sikap dan perilakunya. Dengan kata lain, penulis dapat menjadi serba tahu atas tokoh-tokoh yang ada di dalam ceritanya dari perilaku yang nampak hingga perasaan batin mereka.
Contoh sebuah cuplikan cerpen dengan POV orang ketiga “dia” atau tokoh dengan nama rekaan lainnya. Kita dapat menggunakan tema cerita di atas tentang seorang suami yang mendapatkan hadiah mobil Alphard dari sebuah provider, tetapi hadiah ini telah membuat keluarganya retak.
Sulaiman masih berdiri tegak dengan kunci raksasa mobil Alphard di tangan. Provider ponselnya telah memberikan hadiah promosi ini di sebuah acara televisi nasional. Dia tidak menyangka dapat berdiri di sana. Dia mencubit tangannya sendiri untuk meyakinkan apakah dia sadar atau hanya mimpi sesaat. Sulaiman hanyalah seorang pedagang yang membuka toko kecil di pojok jalan dekat sekolah menengah atas di Tanah Kusir.
Mobil Alphard sekarang berada di tanah kosong dekat rumahnya. Mentereng dan megah. Tetangganya bertanya-tanya mobil mewah itu miliki siapa? Setelah tahu Pak Sulaiman menjadi sopir untuk tetangganya yang ingin naik mobil mewah itu. Mereka minta diajak keliling Jakarta. Hatinya senang karena Pak Sulaiman sudah dianggap orang kaya raya sekarang. Tetapi, isteri Pak Sulaiman menjadi semakin prihatin. Gaya suaminya menjadi aneh-aneh. Mobil hadiah itu telah membuat hidup Pak Sulaiman seperti pria puber kedua.
Selain dua POV di atas, cerpenis dapat menggunakan tokoh orang kedua ’kamu.’ Tetapi, POV ini agak sulit diterapkan. Cerpenis pemula lebih baik menggunakan POV di atas. Hal ini juga lazim digunakan. Bila sudah sedikit mahir, boleh juga tuh gunakan POV orang kedua. Kali aja ada pengalaman lain yang lebih asyik dan berwarna. Yang penting teruslah berlatih karena ’practice makes you perfect!’
Point of view (POV) dapat diartikan sebagai sudut pandang bercerita. Ada yang mengatakan pula bahwa sudut pandang berkenaan dengan ‘posisi pengarang dalam tulisannya”. Maka dari itu, pembaca yang budiman menjadi kunci prioritas POV. Seperti seorang pedagang, pembeli adalah raja, maka seorang cerpenis harus menempatkan pula pembaca yang budiman pada posisi ‘raja’.
Bila cerita tidak ditulis dengan apik dan menarik, maka pembaca acapkali bertanya: “Apa sih maksud cerpen ini?” Maka, membawakan cerita sedemikian rupa yang disukai oleh pembaca yang budiman menjadi krusial. Pembaca mau berlama-lama mendengarkan cerita cerpenis bila penulis dapat terampil bercerita. Bila sudah begitu, cerpenis berhasil melayani pembaca yang budiman dengan sebaik-baiknya.
Penulis melayani pembaca yang budiman dalam bentuk pemilihan POV, tema, plot dan tokoh cerpen yang tepat. Pengalaman akan menjadikan faktor penentu POV mana yang paling tepat dipilih oleh seorang cerpenis.
Misalnya, seorang cerpenis menggunakan tokoh POV “aku”. Dia menjadi tokoh utama dalam cerita itu. Dia akan mengeksplorasi pengalaman pribadi, perasaan, sikap, pandangan hidup dan segala hal dalam cerita itu. Sebaliknya pengalaman, perasaan, sikap, pandangan hidup dan segala hal lain yang terkait dengan tokoh lain di cerita dapat ditulis dalam bentuk ekspresi wajah, pernyataan dan gerak tubuh.
Contoh cerita dengan tokoh utama dengan sudut pandang POV ”aku” dapat seperti ini.
Bunyi SMS di telpon genggamku terdengar. Siapa sih di jam segini ada yang mengirim SMS. Sekitar jam 02.00 WIB suara bunyi SMS itu. Sungguh perbuatan iseng dan hanya ganggu orang istirahat saja. Telpon genggamku selalu berada dalam posisi on meskipun di tengah malam.
Bila ada ikhwahpun ngirim SMS paling-paling menjelang subuh. Aku masih berbaring di peraduan. Isteriku juga. Malas sebenarnya aku ingin meraih telpon genggam yang teronggok di atas meja samping.
”Anda mendapat hadiah mobil Alphard dari ..... (provider). Diharapkan Anda dapat telpon balik besok jam 10.00 WIB ke telepon ini. Anda mendapatkan hadiah kejutan dari .... (provider).” Aku baca pesan singkat di SMS dengan lamat-lamat karena masih ngantuk. Aku tidak peduli banget tetapi aku tidak mendelete pesan singkat itu. ”Aku pikir khabar penting, tetapi ternyata hanya SMS spam. Ganggu orang tidur aja!,” kataku membatin dengan kesal.
Terlihat sikap, perasaan dan gerak tubuhnya diungkapkan dengan jelas. Dia tidak dapat mengungkapkan tokoh lain dengan sebutan isterinya di sini. Apakah isterinya terganggu juga dengan suara sms atau gerak tubuhnya dan lainnya? Semua tidak dapat tergambarkan. Pembaca dapat melihat tokoh ’isteri’ hanya satu kalimat saja: ”Isteriku juga.” Maksudnya isterinya tokoh ”aku” berada dalam kondisi tertidur lelap.
Sang ‘tokoh isteri’ dapat menunjukkan perasaan tidak suka dan gerakannya yang mengganggu tidurnya bila dia bicara dan perilaku gerak geriknya. Tokoh ‘aku’ tidak dapat menyelami hal lain di luar tersebut di atas. Inilah kelemahan tokoh ‘aku’ bila Anda akan menggunakannya.
Penulis juga dapat mengambil POV lain berupa orang ketiga ”dia” atau tokoh rekaan yang menunjukkan orang ketiga. Perasaan, sikap, pengalaman dan lainnya dari tokoh rekaan ’dia” dapat diungkapkan dengan jelas. Penulis dapat menembus dan bersikap manasuka mengungkapkan pengalaman, pandangan hidup, sikap dan perilakunya. Dengan kata lain, penulis dapat menjadi serba tahu atas tokoh-tokoh yang ada di dalam ceritanya dari perilaku yang nampak hingga perasaan batin mereka.
Contoh sebuah cuplikan cerpen dengan POV orang ketiga “dia” atau tokoh dengan nama rekaan lainnya. Kita dapat menggunakan tema cerita di atas tentang seorang suami yang mendapatkan hadiah mobil Alphard dari sebuah provider, tetapi hadiah ini telah membuat keluarganya retak.
Sulaiman masih berdiri tegak dengan kunci raksasa mobil Alphard di tangan. Provider ponselnya telah memberikan hadiah promosi ini di sebuah acara televisi nasional. Dia tidak menyangka dapat berdiri di sana. Dia mencubit tangannya sendiri untuk meyakinkan apakah dia sadar atau hanya mimpi sesaat. Sulaiman hanyalah seorang pedagang yang membuka toko kecil di pojok jalan dekat sekolah menengah atas di Tanah Kusir.
Mobil Alphard sekarang berada di tanah kosong dekat rumahnya. Mentereng dan megah. Tetangganya bertanya-tanya mobil mewah itu miliki siapa? Setelah tahu Pak Sulaiman menjadi sopir untuk tetangganya yang ingin naik mobil mewah itu. Mereka minta diajak keliling Jakarta. Hatinya senang karena Pak Sulaiman sudah dianggap orang kaya raya sekarang. Tetapi, isteri Pak Sulaiman menjadi semakin prihatin. Gaya suaminya menjadi aneh-aneh. Mobil hadiah itu telah membuat hidup Pak Sulaiman seperti pria puber kedua.
Selain dua POV di atas, cerpenis dapat menggunakan tokoh orang kedua ’kamu.’ Tetapi, POV ini agak sulit diterapkan. Cerpenis pemula lebih baik menggunakan POV di atas. Hal ini juga lazim digunakan. Bila sudah sedikit mahir, boleh juga tuh gunakan POV orang kedua. Kali aja ada pengalaman lain yang lebih asyik dan berwarna. Yang penting teruslah berlatih karena ’practice makes you perfect!’
Label:
cepernis,
cerpen,
POV,
sudut pandang
Kamis, 17 Februari 2011
Tia Anakku
Panas menyengat di pekuburan desa. Tanah merah galian telah menutupi kembali liat lahat itu. Nisan bertuliskan Tia binti Aji terbaca dengan jelas. Tulisan di nisan itu dibacanya berulang-ulang. Dia masih tidak percaya dengan nama yang dibacanya. Nama itu nama anak bungsunya Tia. Lidahnya keluh. Tak satupun suara keluar. Dia hanya mematung berdiri.
Lama dia berdiri dalam diam. Suara panggilan teman dekatnya terdengar sayup. Ucapan mereka terdengar hingga sunyi menyelimut. Pelayat pergi. Pekuburan desa itu kembali sepi. Dia masih berdiri mematung sementara isterinya berdiri dalam diam tak jauh darinya.
“Apakah aku angkuh?”
“Apakah aku lebih perduli dengan urusanku dan diriku sendiri?”
“Apakah aku telah melantarkan keluargaku?”
Dia bertanya. Kata angkuh belum pernah terucap dari mulutnya. Sekarang dia mempertanyakan sikapnya selama ini. Keangkuhan ini telah menyebabkan anaknya meninggal. Mati kurang gizi. Miris mendengarnya tetapi selama ini dia tidak peduli dengan tudingan itu.
Rumah Aji terkesan mewah di salah satu jalan kompleks perumahan mewah di Selatan Jakarta. Mobil merek Korea selalu terparkir di depan rumahnya. Pakaian bagus dan mahal selalu dikenakannya. Sepatu selalu tersemir mengkilat. Tetangga jauh atau mereka yang tidak terlalu mengenalnya menganggap hidupnya makmur.
“Seribu aajaa, Mami!”
Bukan sekali dua kali anaknya mengucapkan kata itu merajuk ibunya. Anak kecil itu merajuk, tetapi ibunya tidak pernah mengasih seribu rupiahpun. Bukan hanya hari itu saja dia merajuk. Rajukan itu hampir terdengar pada hari-hari lainnya.
“Mami, Tia lapar Mamii!”
“Mami, sepatu Tia sudah robek. Belikan sepatu baru, Mamii!”
Suara anak kecil itu terdengar lagi pada hari lain. Pak Aji tidak selalu mendengar rengeka Tia di rumah. Pak Aji melarang renggekan itu terdengar darinya. Cukuplah ongkos belanja yang sudah dijatah.
Bukan sekali dua kali isterinya mengadukan hal itu. Bila diadukan, isterinya akan dimarahi dengan marah. Dia menganggap isterinya tidak becus mengurus anak. Dia menganggap rengekan Tia itu wajar. Tidaklah rengekan itu harus dipenuhi karena uang tabungan masih kurang untuk pencalonan walikota. Dia bercita-cita seperti itu.
Apakah kematian tragis anak bungsunya dapat meluluhkan hatinya? Sekarang dia hanya terdiam mematung di atas perkuburan desa itu. Menyesal!
Lama dia berdiri dalam diam. Suara panggilan teman dekatnya terdengar sayup. Ucapan mereka terdengar hingga sunyi menyelimut. Pelayat pergi. Pekuburan desa itu kembali sepi. Dia masih berdiri mematung sementara isterinya berdiri dalam diam tak jauh darinya.
“Apakah aku angkuh?”
“Apakah aku lebih perduli dengan urusanku dan diriku sendiri?”
“Apakah aku telah melantarkan keluargaku?”
Dia bertanya. Kata angkuh belum pernah terucap dari mulutnya. Sekarang dia mempertanyakan sikapnya selama ini. Keangkuhan ini telah menyebabkan anaknya meninggal. Mati kurang gizi. Miris mendengarnya tetapi selama ini dia tidak peduli dengan tudingan itu.
Rumah Aji terkesan mewah di salah satu jalan kompleks perumahan mewah di Selatan Jakarta. Mobil merek Korea selalu terparkir di depan rumahnya. Pakaian bagus dan mahal selalu dikenakannya. Sepatu selalu tersemir mengkilat. Tetangga jauh atau mereka yang tidak terlalu mengenalnya menganggap hidupnya makmur.
“Seribu aajaa, Mami!”
Bukan sekali dua kali anaknya mengucapkan kata itu merajuk ibunya. Anak kecil itu merajuk, tetapi ibunya tidak pernah mengasih seribu rupiahpun. Bukan hanya hari itu saja dia merajuk. Rajukan itu hampir terdengar pada hari-hari lainnya.
“Mami, Tia lapar Mamii!”
“Mami, sepatu Tia sudah robek. Belikan sepatu baru, Mamii!”
Suara anak kecil itu terdengar lagi pada hari lain. Pak Aji tidak selalu mendengar rengeka Tia di rumah. Pak Aji melarang renggekan itu terdengar darinya. Cukuplah ongkos belanja yang sudah dijatah.
Bukan sekali dua kali isterinya mengadukan hal itu. Bila diadukan, isterinya akan dimarahi dengan marah. Dia menganggap isterinya tidak becus mengurus anak. Dia menganggap rengekan Tia itu wajar. Tidaklah rengekan itu harus dipenuhi karena uang tabungan masih kurang untuk pencalonan walikota. Dia bercita-cita seperti itu.
Apakah kematian tragis anak bungsunya dapat meluluhkan hatinya? Sekarang dia hanya terdiam mematung di atas perkuburan desa itu. Menyesal!
Anak Nakal dan Tukang Kebun
Mangga dan buah-buahan lain di kebun Pak Marno seringkali berserakan hari-hari terakhir ini. Pak Marno bingung. Masalahnya buah-buahannya masih muda tetapi kok sudah jatuh. Di atas tanah di kebun itu terlihat jejak kaki yang memanjang ke berbagai arah. Berserakan pula batu-batu di sekitar pohon mangga dan pohon buah-buahan lainnya. Mangga dan buah-buahan itu dibiarkan saja membusuk. Agaknya tak satupun buah yang dilempar diambil oleh pelakunya karena mangga dan buah-buahan lain berserakan saja di sana dalam jumlah banyak.
Pak Marno menduga ada yang telah berbuat jahat di kebunnya sehingga mangga dan buah-buahan lain yang dia rawat selama ini berjatuhan di tanah. Pak Marno adalah seorang pria desa yang tidak pernah punya musuh. Dia juga seorang yang rajin beribadah. Tidak sekalipun shalat wajib dia lewatkan tanpa melaksanakannya di masjid. Silaturahmi dan hubungan dengan tetangga di kampungnya juga baik.
Sebenarnya Pak Marno tidak pernah berpikiran negatif terhadap siapapun. Kejadian hari ini hanya sekian hari belakangan ini membuatnya merenung. Kebunnya diacak-acak. Buah-buah berserakan, batang-batang pohon dan tanaman lain yang menjalar dicabut-cabut. Park Marno akhirnya harus menduga-duga untuk mencari tahu cara untuk mengetahui siapa yang telah membuat buah-buahannya di kebunnya hancur berantakan.
“Ada apa yang terjadi di kebunku,” Pak Marno membatin. Kerja kerasnya selama ini seperti tidak berharga. Belum tentu pula modalnya yang ditanamnya akan kembali. Buah-buah yang tersisa di pohon sudah dikiranya tidak cukup untuk mengembalikan modal kerjanya. Padahal kebutuhan dapur dan biaya anak-anaknya sudah menunggu.
“Bu, hari ini Bapak merasa beratnya kerja sebagai petani,” Pak Marno membuka pembicaraannya dengan isterinya yang setia mendampinginya. Pak Marno tidak ingin berbagi masalah dengan isterinya karena selama ini dia menganggap pekerjaannya adalah pekerjaannya. Biarkan isterinya dengan pekerjaannya karena beban kerja di pundak isterinya juga sudah cukup berat.
Awan hitam menggantung di langit. Hujan lebat akan turun. Hari ini terasa berat Pak Marno harus bekerja. Bukan tugasnya yang berat, tetapi ada orang yang membuat kerjanya hanyalah sebuah permainan yang sia-sia.
Dari kejauhan Pak Marno melihat anak nakal tetangga rumahnya. Di tengah hujan lebat dia melempari pohon-pohon dengan batu.”Rupanya perbuatan anak nakal itu?” Pak Marno membatin. Matanya berkaca-kaca tanpa kata dan dia hanya mengelus dada. Napasnya tersenggal. Dirinya diam seperti kehilangan kesadaran.
”Janganlah membuat pekerjaan orang lain sia-sia”
Pak Marno menduga ada yang telah berbuat jahat di kebunnya sehingga mangga dan buah-buahan lain yang dia rawat selama ini berjatuhan di tanah. Pak Marno adalah seorang pria desa yang tidak pernah punya musuh. Dia juga seorang yang rajin beribadah. Tidak sekalipun shalat wajib dia lewatkan tanpa melaksanakannya di masjid. Silaturahmi dan hubungan dengan tetangga di kampungnya juga baik.
Sebenarnya Pak Marno tidak pernah berpikiran negatif terhadap siapapun. Kejadian hari ini hanya sekian hari belakangan ini membuatnya merenung. Kebunnya diacak-acak. Buah-buah berserakan, batang-batang pohon dan tanaman lain yang menjalar dicabut-cabut. Park Marno akhirnya harus menduga-duga untuk mencari tahu cara untuk mengetahui siapa yang telah membuat buah-buahannya di kebunnya hancur berantakan.
“Ada apa yang terjadi di kebunku,” Pak Marno membatin. Kerja kerasnya selama ini seperti tidak berharga. Belum tentu pula modalnya yang ditanamnya akan kembali. Buah-buah yang tersisa di pohon sudah dikiranya tidak cukup untuk mengembalikan modal kerjanya. Padahal kebutuhan dapur dan biaya anak-anaknya sudah menunggu.
“Bu, hari ini Bapak merasa beratnya kerja sebagai petani,” Pak Marno membuka pembicaraannya dengan isterinya yang setia mendampinginya. Pak Marno tidak ingin berbagi masalah dengan isterinya karena selama ini dia menganggap pekerjaannya adalah pekerjaannya. Biarkan isterinya dengan pekerjaannya karena beban kerja di pundak isterinya juga sudah cukup berat.
Awan hitam menggantung di langit. Hujan lebat akan turun. Hari ini terasa berat Pak Marno harus bekerja. Bukan tugasnya yang berat, tetapi ada orang yang membuat kerjanya hanyalah sebuah permainan yang sia-sia.
Dari kejauhan Pak Marno melihat anak nakal tetangga rumahnya. Di tengah hujan lebat dia melempari pohon-pohon dengan batu.”Rupanya perbuatan anak nakal itu?” Pak Marno membatin. Matanya berkaca-kaca tanpa kata dan dia hanya mengelus dada. Napasnya tersenggal. Dirinya diam seperti kehilangan kesadaran.
”Janganlah membuat pekerjaan orang lain sia-sia”
Jumat, 11 Februari 2011
Dialog dalam Cerpen
Cerpen terasa kering bila Anda tidak memasukkan unsur dialog atau percakapan ke dalam cerpen. Unsur dialog acapkali menghidupkan suasana dalam cerpen. Apabila terlalu banyak unsur deskripsi dalam cerpen, maka kesan yang ditangkap pembaca yang budiman menjadi kurang utuh dan terpotong-potong. Hal ini seperti gambar-gambar dalam film kartun tetapi tanpa ada dialog di antara para tokoh. Cerpen yang baik adalah cerpen yang dapat memasukkan unsur dialog dalam bagian-bagian babak di dalamnya.
Dialog berlangsung di antara para tokoh di dalam cerpen. Dialog itu dapat berbentuk tuturan mengenai dirinya sendiri, mengungkapkan perasaan, pikiran dan keinginannya secara langsung. Dialog antar tokoh juga dapat bertutur tentang orang lain, situasi dan keadaan yang ada. Yang harus dipastikan adalah kata-kata dalam dialog itu harus utuh dan asli. Anda harus mengusahakan percakapan itu berlangsung sealamiah mungkin. Jangan membuat isi percakapan itu aneh dan kurang menarik.
Mengapa dialog atau percakapan itu kurang menarik? Bisa terjadi Anda menulis cerpen dengan percakapan tokoh-tokoh itu terlalu panjang. Rubahlah kalimat-kalimat panjang itu. Penggallah menjadi kalimat yang pendek tetapi memiliki makna. Pastikan feeling Anda memainkan peran itu apakah dialog yang Anda buat sudah menarik atau menjemukan saja. Bila menjemukan, coret saja!
Dialog kurang menarik dapat juga disebabkan karena isi dialog menjemukkan. Jangan lupa dengan pembahasan lain di tulisan saya bahwa apapun yang dituturkan dalam cerpen harus menuju titik klimaks. Pastikan secara naluriah Anda menyadari dialog yang Anda kembangkan itu menjemukan atau menarik, melelahkan pembaca yang budiman atau mengesankan.
Jangan pula Anda menyalin percakapan sehari-hati karena itu juga membosankan. Potonglah dialog itu dan ambil fragmennya yang menarik saja. Yang juga dapat membuat bosan adalah redundansi atau pengulangan dari bentuk narasi ke bentuk dialog.
Berikutnya pula, hindari unsur yang biasa dalam dialog. Jadi, dialog harus muncul unsur kejutan dan hal yang aneh sehingga dia menarik. Unsur kejutan dan hal yang aneh disusun dari unsur dialog yang berisi percakapan biasa-biasa saja. Caranya, Anda sebagai penutur akan lebih tahu mengungkapkannya. Yang juga penting adalah memasukkan bahasa tubuh dalam dialog itu. "Sana pergi!," kata Budi sambil matanya menyorot tajam dengan garang.
Dengan kata lain, dialog dalam cerpen hukumnya wajib. Anda sebagai penutur harus berani merubah deskripsi atau narasi yang berlebihan dalam cerpen Anda. Bisa jadi Anda akan merubah deskripsi atau narasi itu menjadi dialog atau sebaliknya. Unsur dramatisasi menjadi persyaratannya. Bila semua sudah diperhitungkan dan dijalankan, selanjutnya terserah Anda! Jadi teruslah untuk berlatih!
Dialog berlangsung di antara para tokoh di dalam cerpen. Dialog itu dapat berbentuk tuturan mengenai dirinya sendiri, mengungkapkan perasaan, pikiran dan keinginannya secara langsung. Dialog antar tokoh juga dapat bertutur tentang orang lain, situasi dan keadaan yang ada. Yang harus dipastikan adalah kata-kata dalam dialog itu harus utuh dan asli. Anda harus mengusahakan percakapan itu berlangsung sealamiah mungkin. Jangan membuat isi percakapan itu aneh dan kurang menarik.
Mengapa dialog atau percakapan itu kurang menarik? Bisa terjadi Anda menulis cerpen dengan percakapan tokoh-tokoh itu terlalu panjang. Rubahlah kalimat-kalimat panjang itu. Penggallah menjadi kalimat yang pendek tetapi memiliki makna. Pastikan feeling Anda memainkan peran itu apakah dialog yang Anda buat sudah menarik atau menjemukan saja. Bila menjemukan, coret saja!
Dialog kurang menarik dapat juga disebabkan karena isi dialog menjemukkan. Jangan lupa dengan pembahasan lain di tulisan saya bahwa apapun yang dituturkan dalam cerpen harus menuju titik klimaks. Pastikan secara naluriah Anda menyadari dialog yang Anda kembangkan itu menjemukan atau menarik, melelahkan pembaca yang budiman atau mengesankan.
Jangan pula Anda menyalin percakapan sehari-hati karena itu juga membosankan. Potonglah dialog itu dan ambil fragmennya yang menarik saja. Yang juga dapat membuat bosan adalah redundansi atau pengulangan dari bentuk narasi ke bentuk dialog.
Berikutnya pula, hindari unsur yang biasa dalam dialog. Jadi, dialog harus muncul unsur kejutan dan hal yang aneh sehingga dia menarik. Unsur kejutan dan hal yang aneh disusun dari unsur dialog yang berisi percakapan biasa-biasa saja. Caranya, Anda sebagai penutur akan lebih tahu mengungkapkannya. Yang juga penting adalah memasukkan bahasa tubuh dalam dialog itu. "Sana pergi!," kata Budi sambil matanya menyorot tajam dengan garang.
Dengan kata lain, dialog dalam cerpen hukumnya wajib. Anda sebagai penutur harus berani merubah deskripsi atau narasi yang berlebihan dalam cerpen Anda. Bisa jadi Anda akan merubah deskripsi atau narasi itu menjadi dialog atau sebaliknya. Unsur dramatisasi menjadi persyaratannya. Bila semua sudah diperhitungkan dan dijalankan, selanjutnya terserah Anda! Jadi teruslah untuk berlatih!
Adegan dalam Cerpen
Adegan adalah sebuah kata yang acapkali mudah dikatakan tetapi sukar untuk dijelaskan dan diterapkan kecuali bagi mereka yang bekerja di bidang ini. Adegan harus pula ada dalam cerpen.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adegan adalah pemunculan tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukan wayang; adegan sebagai bagian adegan yang lebih besar; adegan yang diubah bentuknya dengan disaksikan langsung oleh penonton. Dalam kamus Merriam Webster, adegan (scene) adalah one of the subdivisions of a play: as a: a division of an act presenting continuous action in one place; b : a single situation or unit of dialogue in a play; c : a motion-picture or television episode or sequence; 3 a: an exhibition of anger or indecorous behavior .
Bila dilihat dalam bentuk nyata di panggung, Anda dapat melihat satu adegan wayang orang atau sinetron dengan sejumlah tokoh, latar dan dialog yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerita sebelum beralih ke adegan lain. Ketika menulis sebuah cerpen, Anda dapat menerapkan cara ini. Perhatikan dalam setiap babak ada beberapa adegan dan satu cerpen ada beberapa babak yang harus diselesaikan. Anda harus menuangkan dalam bentuk kata-kata dan kalimat-kalimat.
Anda sebagai seorang pendongeng harus menghidupkan alur cerita, penokohan dan suasana lingkungan. Substansi ini akan memungkinkan pembaca yang budiman akan terus mengikuti rangkaian alur peristiwa yang Anda sampaikan. Acapkali Anda tidak dapat menghidupkan alur cerita, penokohan dan suasana lingkungan atau latar tersebut. Akibatnya, tema cerpen it tidak hidup.
Cara membangkitkan adegan di sebuah cerpen adalah Anda harus memastikan hanya satu adegan yang Anda ceritakan. Janganlah Anda menumpuk dua adegan dalam satu paragraf. Hal ini menyebabkan pembaca yang budiman kurang merasakan alur cerita, penokohan dan dialog yang Anda hendak sampaikan.
Cara memainkan klimaks dalam adegan juga dapat Anda lakukan dengan pemotongan adegan. Anda mengalihkan satu adegan ke adegan berikutnya atau satu sudut pandang ke sudut pandang lainnya dengan cepat dan dramatis. Hal ini akan meningkatkan konflik dan memudahkan mencapai klimaks dalam penuturan dalam cerpen Anda.
Dalam potongan adegan, tokoh harus merubah lokasi dengan cepat dan sering agar kadar ketegangan tetap tinggi. Sebaliknya pada satu lokasi atau latar Anda akan sulit mengembangkan potongan adegan dengan cepat. Atau Anda memasukkan satu atau dua tokoh ke dalam potongan adegan. Hal ini akan mengubah sudut pandang karena Anda dapat beralih dari satu tokoh ke tokoh yang lain tetapi dalam ruangan yang sama. Inilah memungkinkan Anda mengembangkan konflik.
Tokoh-tokoh dalam cerpen juga tidak harus berada dalam satu lokasi atau latar. Film kartun Jepang banyak memainkan jenis ini. Film kartun Naruto, misalnya, dapat menceritakan sudut pandang dari dua tokoh yang sedang bertempur untuk mengalahkan satu dengan lainnya. Sudut pandang ini memungkinkan Anda dapat memainkan konflik dengan cepat dan sering serta tetap menjaga konflik tetap tinggi.
Selanjutnya, Anda sebagai pendongeng harus menjaga suasana dramatis ketika Anda berganti dari satu adegan ke adegan berikutnya. Perubahan dari satu adegan ke adegan berikutnya disebut perubahan "transisi". Hal ini juga dapat diartikan sebagai sebuah adegan baru. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti tokoh, waktu dan latar. Dalam adegan wayang orang, hal ini berupa penurunan dan penggulungan tirai kembali. Dalam bentuk waktu, kita dapat membuat frase kecil seperti "satu minggu kemudian."
Transisi juga berperan untuk mengatur ketegangan dan kecemasan. Yang penting Anda harus mempertahankannya. Ingatlah kalimat-kalimat terakhir di dalam paragraf sebelum transisi dan adegan transisi berikutnya dibuat tetap dramatis. Jangan mudah membiarkan pembaca yang budiman untuk berdiam dan berpikir tentang adanya maksud lain. Maka dari itu, transisi harus berada dalam momen-momen yang menegangkan, tidak memecah masalah, dilema atau pertentangan. Biarkan konflik tetap berlangsung dalam beberapa wkatu. Hal ini membuat transisi lebih bermakna dan berguna. Kata menggantung lebih tepat dibiarkan di sini!
Inilah ketrampilan yang harus dimiliki seorang penulis cerpen. Keterampilan mengatur kecepatan, mengajar cerita tetap mengalir, adanya klimaks-klimaks kecil atau peristiwa berganti-ganti atau penokohan berubah. Semua adalah bagian dari tanggung jawab Anda sebagai penulis cerpen yang handal. Jadi, kuncinya berlatihlah sesering mungkin.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adegan adalah pemunculan tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukan wayang; adegan sebagai bagian adegan yang lebih besar; adegan yang diubah bentuknya dengan disaksikan langsung oleh penonton. Dalam kamus Merriam Webster, adegan (scene) adalah one of the subdivisions of a play: as a: a division of an act presenting continuous action in one place; b : a single situation or unit of dialogue in a play
Bila dilihat dalam bentuk nyata di panggung, Anda dapat melihat satu adegan wayang orang atau sinetron dengan sejumlah tokoh, latar dan dialog yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerita sebelum beralih ke adegan lain. Ketika menulis sebuah cerpen, Anda dapat menerapkan cara ini. Perhatikan dalam setiap babak ada beberapa adegan dan satu cerpen ada beberapa babak yang harus diselesaikan. Anda harus menuangkan dalam bentuk kata-kata dan kalimat-kalimat.
Anda sebagai seorang pendongeng harus menghidupkan alur cerita, penokohan dan suasana lingkungan. Substansi ini akan memungkinkan pembaca yang budiman akan terus mengikuti rangkaian alur peristiwa yang Anda sampaikan. Acapkali Anda tidak dapat menghidupkan alur cerita, penokohan dan suasana lingkungan atau latar tersebut. Akibatnya, tema cerpen it tidak hidup.
Cara membangkitkan adegan di sebuah cerpen adalah Anda harus memastikan hanya satu adegan yang Anda ceritakan. Janganlah Anda menumpuk dua adegan dalam satu paragraf. Hal ini menyebabkan pembaca yang budiman kurang merasakan alur cerita, penokohan dan dialog yang Anda hendak sampaikan.
Cara memainkan klimaks dalam adegan juga dapat Anda lakukan dengan pemotongan adegan. Anda mengalihkan satu adegan ke adegan berikutnya atau satu sudut pandang ke sudut pandang lainnya dengan cepat dan dramatis. Hal ini akan meningkatkan konflik dan memudahkan mencapai klimaks dalam penuturan dalam cerpen Anda.
Dalam potongan adegan, tokoh harus merubah lokasi dengan cepat dan sering agar kadar ketegangan tetap tinggi. Sebaliknya pada satu lokasi atau latar Anda akan sulit mengembangkan potongan adegan dengan cepat. Atau Anda memasukkan satu atau dua tokoh ke dalam potongan adegan. Hal ini akan mengubah sudut pandang karena Anda dapat beralih dari satu tokoh ke tokoh yang lain tetapi dalam ruangan yang sama. Inilah memungkinkan Anda mengembangkan konflik.
Tokoh-tokoh dalam cerpen juga tidak harus berada dalam satu lokasi atau latar. Film kartun Jepang banyak memainkan jenis ini. Film kartun Naruto, misalnya, dapat menceritakan sudut pandang dari dua tokoh yang sedang bertempur untuk mengalahkan satu dengan lainnya. Sudut pandang ini memungkinkan Anda dapat memainkan konflik dengan cepat dan sering serta tetap menjaga konflik tetap tinggi.
Selanjutnya, Anda sebagai pendongeng harus menjaga suasana dramatis ketika Anda berganti dari satu adegan ke adegan berikutnya. Perubahan dari satu adegan ke adegan berikutnya disebut perubahan "transisi". Hal ini juga dapat diartikan sebagai sebuah adegan baru. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti tokoh, waktu dan latar. Dalam adegan wayang orang, hal ini berupa penurunan dan penggulungan tirai kembali. Dalam bentuk waktu, kita dapat membuat frase kecil seperti "satu minggu kemudian."
Transisi juga berperan untuk mengatur ketegangan dan kecemasan. Yang penting Anda harus mempertahankannya. Ingatlah kalimat-kalimat terakhir di dalam paragraf sebelum transisi dan adegan transisi berikutnya dibuat tetap dramatis. Jangan mudah membiarkan pembaca yang budiman untuk berdiam dan berpikir tentang adanya maksud lain. Maka dari itu, transisi harus berada dalam momen-momen yang menegangkan, tidak memecah masalah, dilema atau pertentangan. Biarkan konflik tetap berlangsung dalam beberapa wkatu. Hal ini membuat transisi lebih bermakna dan berguna. Kata menggantung lebih tepat dibiarkan di sini!
Inilah ketrampilan yang harus dimiliki seorang penulis cerpen. Keterampilan mengatur kecepatan, mengajar cerita tetap mengalir, adanya klimaks-klimaks kecil atau peristiwa berganti-ganti atau penokohan berubah. Semua adalah bagian dari tanggung jawab Anda sebagai penulis cerpen yang handal. Jadi, kuncinya berlatihlah sesering mungkin.
Sekali Lagi tentang Cerita Pendek
Cerita pendek dapat dikatakan sebagai sebuah karangan fiksi yang ringkas. Pengertian ringkas dapat disebabkan karena beberapa hal: tokoh, tema dan alur serta panjang cerpen sendiri. Masing-masing harus terbatas dan dapat dipaparkan dalam sebuah cerpen dengan pemaparan yang singkat, padat dan selesai. Karena cerpen itu ringkas, singkat, padat dan selesai dengan segera, maka dia juga dapat disamakan dengan anekdot.
Tokoh dalam cerita pendek hanya terdiri dari beberapa orang saja. Tokoh-tokoh ini harus dikembangkan berdasarkan kedekatan dan pengetahuan yang lengkap tentang tokoh tersebut. Kemudian, hanya ada satu tema yang hendak dicapai. Tema harus pula menarik, mengasyikkan dan aneh. Sebaliknya, peristiwa-peristiwa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerpen dibuat sederhana mungkin. Atau peristiwa-peristiwa itu dibuat sesuai dengan kejadian yang ada di masyarakat atau biasa-biasa saja.
Alur atau plot yang merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang mengarah pada tema yang menjadi tujuan harus mencapai klimaks yang dramatis. Peristiwa-peristiwa ini suatu yang biasa tetapi hasilnya menjadi hal yang tak biasa. Klimaks di sini hanya sekali sama. Hal ini menjadi sebab untuk akibat pada anti klimaks di bagian cerpen berikutnya. Hasilnya, setelah klimaks tercapai, tokoh-tokoh itu menjadi lebih kaya, lebih miskin, lebih bahagia dan sebagainya. Dengan kata lain, cerita pendek itu menarik karena plot atau alur yang diciptakan sedemikian rupa sehingga pembaca yang budiman mendapatkan hikmah dari cerita yang dibacanya.
Panjang cerita pendek biasanya hanya 2.500 sampai 4.000 atau 5.000 kata saja. Panjang cerpen ini harus diperhatikan karena keterbatasan ruang di media yang Anda akan kirim naskah Anda. Atau Anda harus melihat kelaziman berkenaan dengan panjang cerpen itu sendiri.
Dalam pembabakannya, cerpen terdiri dari tiga babak yang di dalamnya ada beberapa adegan. Pada babak pertama, seorang penulis memberikan latar belakang kejadian dan tokoh-tokoh itu. Kemudian, tokoh-tokoh itu diperkenalkan kepada pembaca budiman. Masukkan pula hal penting lainnya dalam bagian ini, yaitu tema. Tema, masalah atau situasi yang dramatis akan menjadi bagian dari peristiwa-peristiwa berikutnya pada bagian klimaks di babak berikutnya. Usahakan di sini hanya ada tiga adegan saja. Semua harus diolah di dalam 800 hingga 1.500 kata.
Pada babak kedua, peristiwa-peristiwa itu diupayakan menjadi klimak. Rangkaian cerita ini harus berada pada titik kulminasi atau klimaks. Hal ini akan mengarahkan pada proses terselesaikannya peristiwa atau kejadian yang dibahas. Ceritakan dalam bentuk yang semenarik mungkin. Arahkan peristiwa-peristiwa ini dalam 2 atau 3 adegan. Tokoh-tokoh, teman dan alur atau plot harus dibuat sedemikian rupa pada posisi ini.
Pada babak terakhir, arahkan ada akhir cerita. Akhir ini harus positif dan mask akal. Pastikan Anda membuat tokoh menjadi bahagia, sedih, kaya atau miskin. Semua itu harus dalam proses memberikan hikmah kepada pembaca yang budiman.
Pada akhirnya, meskipun Anda suka tahu mengenai teori menulis cerpen dengan baik, tetapi apabila Anda tidak pernah menulis cerpen. Apa yang Anda ketahui tentang teori menulis cerpen hanyalah sia-sia belaka. Pengetahuan Anda tidak memberikan manfaat sama sekali bagi diri Anda dan orang lain. Padahal, cerpen yang sudah terbit dapat mendorong Anda menciptakan branding atas nama Anda sendiri. Seorang penulis terkenal!
Tokoh dalam cerita pendek hanya terdiri dari beberapa orang saja. Tokoh-tokoh ini harus dikembangkan berdasarkan kedekatan dan pengetahuan yang lengkap tentang tokoh tersebut. Kemudian, hanya ada satu tema yang hendak dicapai. Tema harus pula menarik, mengasyikkan dan aneh. Sebaliknya, peristiwa-peristiwa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam cerpen dibuat sederhana mungkin. Atau peristiwa-peristiwa itu dibuat sesuai dengan kejadian yang ada di masyarakat atau biasa-biasa saja.
Alur atau plot yang merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang mengarah pada tema yang menjadi tujuan harus mencapai klimaks yang dramatis. Peristiwa-peristiwa ini suatu yang biasa tetapi hasilnya menjadi hal yang tak biasa. Klimaks di sini hanya sekali sama. Hal ini menjadi sebab untuk akibat pada anti klimaks di bagian cerpen berikutnya. Hasilnya, setelah klimaks tercapai, tokoh-tokoh itu menjadi lebih kaya, lebih miskin, lebih bahagia dan sebagainya. Dengan kata lain, cerita pendek itu menarik karena plot atau alur yang diciptakan sedemikian rupa sehingga pembaca yang budiman mendapatkan hikmah dari cerita yang dibacanya.
Panjang cerita pendek biasanya hanya 2.500 sampai 4.000 atau 5.000 kata saja. Panjang cerpen ini harus diperhatikan karena keterbatasan ruang di media yang Anda akan kirim naskah Anda. Atau Anda harus melihat kelaziman berkenaan dengan panjang cerpen itu sendiri.
Dalam pembabakannya, cerpen terdiri dari tiga babak yang di dalamnya ada beberapa adegan. Pada babak pertama, seorang penulis memberikan latar belakang kejadian dan tokoh-tokoh itu. Kemudian, tokoh-tokoh itu diperkenalkan kepada pembaca budiman. Masukkan pula hal penting lainnya dalam bagian ini, yaitu tema. Tema, masalah atau situasi yang dramatis akan menjadi bagian dari peristiwa-peristiwa berikutnya pada bagian klimaks di babak berikutnya. Usahakan di sini hanya ada tiga adegan saja. Semua harus diolah di dalam 800 hingga 1.500 kata.
Pada babak kedua, peristiwa-peristiwa itu diupayakan menjadi klimak. Rangkaian cerita ini harus berada pada titik kulminasi atau klimaks. Hal ini akan mengarahkan pada proses terselesaikannya peristiwa atau kejadian yang dibahas. Ceritakan dalam bentuk yang semenarik mungkin. Arahkan peristiwa-peristiwa ini dalam 2 atau 3 adegan. Tokoh-tokoh, teman dan alur atau plot harus dibuat sedemikian rupa pada posisi ini.
Pada babak terakhir, arahkan ada akhir cerita. Akhir ini harus positif dan mask akal. Pastikan Anda membuat tokoh menjadi bahagia, sedih, kaya atau miskin. Semua itu harus dalam proses memberikan hikmah kepada pembaca yang budiman.
Pada akhirnya, meskipun Anda suka tahu mengenai teori menulis cerpen dengan baik, tetapi apabila Anda tidak pernah menulis cerpen. Apa yang Anda ketahui tentang teori menulis cerpen hanyalah sia-sia belaka. Pengetahuan Anda tidak memberikan manfaat sama sekali bagi diri Anda dan orang lain. Padahal, cerpen yang sudah terbit dapat mendorong Anda menciptakan branding atas nama Anda sendiri. Seorang penulis terkenal!
Minggu, 06 Februari 2011
Praktek Membuat Lead (1): Mengetahui Ragam Lead Berita
Anda pasti ingin mengetahui ragam lead. Ada beragam lead karena isi artikel yang Anda akan sampaikan juga beragam. Setelah mengetahui beragam lead ini, Anda dapat menganalisis lead artikel penulis lain. Sebagai pemula, Anda harus wajib memelototi dan mengulang-ulang membaca isi artikel ini.
Lead yang dipaparkan di sini Anda dapat gunakan pula pada jenis artikel opini. Nah tinggal memahami konteksnya saja, karena artikel opini lebih berisi pendapat penulis maka upayakan masukkan kata-kata yang membuat kalimat di lead menjadi lebih segar dan menarik. Lead sendiri mempunyai berbagai nama teras berita, intro atau yang lainnya. Maknanya menunjukkan pada pengertian lead itu sendiri.
Setidaknya ada tiga lead berita. Hal ini terdiri dari lead berita langsung, lead pernyataan dan lead peristiwa. Lead ini memungkinkan pembaca yang budiman membaca tulisan Anda yang segar dan menarik itu.
Lead Berita Langsung
Anda menggunakan jenis lead berita langsung apabila informasi yang Anda sampaikan itu paling penting dan merupakan inti berita pada tubuh berita Anda. Biasanya format 5W + 1 H lebih menonjolkan unsur what (apa) dan who (siapa). Contoh: “Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, mengusulkan agar pemilukada gubernur disederhanakan.” (Republika, Senin 31 Januari 2011, hlm 4 dengan judul PKB bahas efisiensi pemilukada).
Persyaratan berikutnya berkenaan dengan keterangan waktu (when). Format when dalam 5W plus 1H punya makna bila nilai beritanya sangat baru bersama unsur who dan what. Contoh berikut dari penulis Osholihin: ”Irak makin bersahabat dengan PBB. Kemarin, sebuah sumber Irak, seperti dikutip AFP…” (Koran Tempo, 1 Maret 2003 dengan judul berita: Irak Janji Musnahkan Al-Samoud Hari Ini).
Lead Pernyataan
Lead pernyataan harus memenuhi beberapa persyaratan pula. Pertama, lead menjelaskan lebih rinci apa yang dimaksudkan oleh pernyataan narasumber yang terkandung dalam judul berita. Contohnya dari penulis Osholihin: ”Pria ini mengatakan padaku bahwa yang ia inginkan adalah supaya aku menyatakan yang bertanggung jawab atas berbagai pemboman di Palestina adalah al-Qaida,” ujar seorang pria bertopeng yang bernama Ibrahim di Gaza, Palestina (khilafah.com, 13 Desember 2002, Mossad Rekayasa Sel al-Qaida di Gaza-terjemahan).”
Persyaratan kedua, bila dalam format 5W plus 1H yang lebih penting What daripada Who, maka subyek yang menyatakan tidak dimasukkan dalam bagian lead dan dicantumkan pada bagian tubuh artikel. Contoh: ”Rendahnya kesejahteraan rakyat ditengarai sebagai pemicu timbulnya budaya pragmatis di masyarakat. Namun, tidak sepantasnya masyarakat yang disalahkan atas maraknya praktik politik uang dalam pemilihan umum kepala daerah, yang pada akhirnya menjerat sejumlah kepala daerah menjadi tersangka atau terdakwa kasus korupsi” (Kompas, Rabu, 26 Januari 2011, Halaman 16 dengan judul berita: Rakyat Pragmatis dalam Pemilihan). Pernyataan itu berasal dari dua anggota DPR RI.
Persyaratan ketiga, bila subyek yang membuat pernyataan itu lebih penting dari pernyataan yang disampaikan dalam format 5W plus 1H, maka subyek tersebut dimasukkan dalam lead berita.
Persyaratan keempat, tulisan ini mengutip satu pernyataan penulis Osholihin bahwa jika pernyataan seseorang hendak ditampilkan lewat kutipan langsung di lead berita adalah kalimat narasumber yang ‘menggelitik’ pembaca. ‘Menggelitik’ berarti penting, menarik dan menggunakan kata atau ungkapan otentik, orisinil dan khas dari narasumber tersebut.
Pernyataan kelima, bila pernyataan berasal dari dua narasumber atau lebih, carilah persamaan pernyataan dari setiap narasumber dan masukkanlah dalam lead berita. Dengan kata lain, masalah yang tertuang di lead berita harus tunggal meskipun sudut pandang dua narasumber atau lebih bisa sama atau berbeda.
Lead Peristiwa
Hanya ada dua persyaratan yang diperlukan untuk kategori lead peristiwa. Persyaratan pertama berkenaan dengan memuat identitas subyek, apa tindakan terhadap apa atau siapa dan akibat tindakan itu. Jika lead terlalu panjang, sebagian informasi (baik identitas orang, lokasi, benda) dapat ditempatkan di alinea berikutnya pada tubuh artikel.
Contoh “Perlakuan keji dan tidak manusiawi dipertontonkan pasukan Amerika terhadap 50 orang tawanan Taliban dan Mujahidin Arab setelah mereka dipindahkan dari Kandahar ke kapal induk AS yang berpangkalan di Guantanamo, Kuba. Mereka dirantai seluruh badannya, ditutup wajahnya dengan kain hitam serta disuntik dengan obat bius.” (eramuslim.com, 16 Januari 2002 dengan judul berita: AS Perlakukan Tawanan Guantanamo Secara Tidak Manusiawi)
Persyaratan kedua berkenaan dengan apabila peristiwa itu merupakan kejadian tidak sengaja, lead berita memuat apa kejadian, di mana, kapan, apa atau siapa korban serta akibat kejadian. Jika terlalu panjang sebagian informasi dapat dimuat pada alinea berikutnya pada tubuh artikel.
Contohnya: “Gempa bumi berkekuatan 6,8 pada skala Richter mengguncang kawasan terpencil di Provinsi Xinjiang, wilayah barat laut Cina, Senin (24/2). Bencana alam tersebut telah meruntuhkan ratusan gedung termasuk sejumlah sekolah.” (Kompas, 25 Februari 2003 dengan judul berita: Gempa Guncang Cina, 258 Orang Tewas).
Setelah mampu membedakan tiga jenis lead berita, Anda dapat menganalisis lead berita di koran atau Anda sendiri tahu bagaimana membuat lead berita di atas. Agar mudah dikuasai, lebih seringlah berlatih. Kemudian. uploadlah hasil tulisan Anda di blog Anda. Jadi teruslah berlatih!
Sumber: Biasakan Membuat Lead ‘Menggoda’ di: http://www.gaulislam.com/biasakan-membuat-lead-%E2%80%98menggoda
Lead yang dipaparkan di sini Anda dapat gunakan pula pada jenis artikel opini. Nah tinggal memahami konteksnya saja, karena artikel opini lebih berisi pendapat penulis maka upayakan masukkan kata-kata yang membuat kalimat di lead menjadi lebih segar dan menarik. Lead sendiri mempunyai berbagai nama teras berita, intro atau yang lainnya. Maknanya menunjukkan pada pengertian lead itu sendiri.
Setidaknya ada tiga lead berita. Hal ini terdiri dari lead berita langsung, lead pernyataan dan lead peristiwa. Lead ini memungkinkan pembaca yang budiman membaca tulisan Anda yang segar dan menarik itu.
Lead Berita Langsung
Anda menggunakan jenis lead berita langsung apabila informasi yang Anda sampaikan itu paling penting dan merupakan inti berita pada tubuh berita Anda. Biasanya format 5W + 1 H lebih menonjolkan unsur what (apa) dan who (siapa). Contoh: “Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, mengusulkan agar pemilukada gubernur disederhanakan.” (Republika, Senin 31 Januari 2011, hlm 4 dengan judul PKB bahas efisiensi pemilukada).
Persyaratan berikutnya berkenaan dengan keterangan waktu (when). Format when dalam 5W plus 1H punya makna bila nilai beritanya sangat baru bersama unsur who dan what. Contoh berikut dari penulis Osholihin: ”Irak makin bersahabat dengan PBB. Kemarin, sebuah sumber Irak, seperti dikutip AFP…” (Koran Tempo, 1 Maret 2003 dengan judul berita: Irak Janji Musnahkan Al-Samoud Hari Ini).
Lead Pernyataan
Lead pernyataan harus memenuhi beberapa persyaratan pula. Pertama, lead menjelaskan lebih rinci apa yang dimaksudkan oleh pernyataan narasumber yang terkandung dalam judul berita. Contohnya dari penulis Osholihin: ”Pria ini mengatakan padaku bahwa yang ia inginkan adalah supaya aku menyatakan yang bertanggung jawab atas berbagai pemboman di Palestina adalah al-Qaida,” ujar seorang pria bertopeng yang bernama Ibrahim di Gaza, Palestina (khilafah.com, 13 Desember 2002, Mossad Rekayasa Sel al-Qaida di Gaza-terjemahan).”
Persyaratan kedua, bila dalam format 5W plus 1H yang lebih penting What daripada Who, maka subyek yang menyatakan tidak dimasukkan dalam bagian lead dan dicantumkan pada bagian tubuh artikel. Contoh: ”Rendahnya kesejahteraan rakyat ditengarai sebagai pemicu timbulnya budaya pragmatis di masyarakat. Namun, tidak sepantasnya masyarakat yang disalahkan atas maraknya praktik politik uang dalam pemilihan umum kepala daerah, yang pada akhirnya menjerat sejumlah kepala daerah menjadi tersangka atau terdakwa kasus korupsi” (Kompas, Rabu, 26 Januari 2011, Halaman 16 dengan judul berita: Rakyat Pragmatis dalam Pemilihan). Pernyataan itu berasal dari dua anggota DPR RI.
Persyaratan ketiga, bila subyek yang membuat pernyataan itu lebih penting dari pernyataan yang disampaikan dalam format 5W plus 1H, maka subyek tersebut dimasukkan dalam lead berita.
Persyaratan keempat, tulisan ini mengutip satu pernyataan penulis Osholihin bahwa jika pernyataan seseorang hendak ditampilkan lewat kutipan langsung di lead berita adalah kalimat narasumber yang ‘menggelitik’ pembaca. ‘Menggelitik’ berarti penting, menarik dan menggunakan kata atau ungkapan otentik, orisinil dan khas dari narasumber tersebut.
Pernyataan kelima, bila pernyataan berasal dari dua narasumber atau lebih, carilah persamaan pernyataan dari setiap narasumber dan masukkanlah dalam lead berita. Dengan kata lain, masalah yang tertuang di lead berita harus tunggal meskipun sudut pandang dua narasumber atau lebih bisa sama atau berbeda.
Lead Peristiwa
Hanya ada dua persyaratan yang diperlukan untuk kategori lead peristiwa. Persyaratan pertama berkenaan dengan memuat identitas subyek, apa tindakan terhadap apa atau siapa dan akibat tindakan itu. Jika lead terlalu panjang, sebagian informasi (baik identitas orang, lokasi, benda) dapat ditempatkan di alinea berikutnya pada tubuh artikel.
Contoh “Perlakuan keji dan tidak manusiawi dipertontonkan pasukan Amerika terhadap 50 orang tawanan Taliban dan Mujahidin Arab setelah mereka dipindahkan dari Kandahar ke kapal induk AS yang berpangkalan di Guantanamo, Kuba. Mereka dirantai seluruh badannya, ditutup wajahnya dengan kain hitam serta disuntik dengan obat bius.” (eramuslim.com, 16 Januari 2002 dengan judul berita: AS Perlakukan Tawanan Guantanamo Secara Tidak Manusiawi)
Persyaratan kedua berkenaan dengan apabila peristiwa itu merupakan kejadian tidak sengaja, lead berita memuat apa kejadian, di mana, kapan, apa atau siapa korban serta akibat kejadian. Jika terlalu panjang sebagian informasi dapat dimuat pada alinea berikutnya pada tubuh artikel.
Contohnya: “Gempa bumi berkekuatan 6,8 pada skala Richter mengguncang kawasan terpencil di Provinsi Xinjiang, wilayah barat laut Cina, Senin (24/2). Bencana alam tersebut telah meruntuhkan ratusan gedung termasuk sejumlah sekolah.” (Kompas, 25 Februari 2003 dengan judul berita: Gempa Guncang Cina, 258 Orang Tewas).
Setelah mampu membedakan tiga jenis lead berita, Anda dapat menganalisis lead berita di koran atau Anda sendiri tahu bagaimana membuat lead berita di atas. Agar mudah dikuasai, lebih seringlah berlatih. Kemudian. uploadlah hasil tulisan Anda di blog Anda. Jadi teruslah berlatih!
Sumber: Biasakan Membuat Lead ‘Menggoda’ di: http://www.gaulislam.com/biasakan-membuat-lead-%E2%80%98menggoda
Cara Mudah Membuat Lead
Membuat lead itu mudah bila kita tahu caranya. Sebuah lead harus ringkas padat. Lead adalah jendela untuk melihat isi ruang rumah artikel yang kita akan kembangkan. Karena isi artikel itu beragam, buatlah pula beragam lead. Keragaman memungkinkan Anda dapat memilih lead yang cocok dengan isi artikel Anda.
Yang harus disadari bagi seorang penulis adalah waktu pembaca itu sempit. Mereka tidak akan menghabiskan waktu berlama-lama untuk membaca ruang rumah artikel kita bila lead tidak menarik dan menggoda. Kata menarik dan menggoda menjadi daya tarik ketika setiap trainer memberikan wejangan tentang lead.
Apa sih lead yang menarik dan menggoda? Seorang penulis menetapkan sebuah lead yang baik itu harus menarik dari sisi konten dan penataan kalimatnya. Ingat! Kalimat dalam artikel opini Anda wajib berupa kalimat sederhana, ringkas, padat dan enak dibaca. Hindari hal yang bertele-tele karena terlalu panjang atau jelimet membuat pusing dan sukar dicerna maksudnya. Akibatnya, isi artikel Anda tidak dibaca oleh pembaca yang budiman.
Kalimat di lead harus merupakan kalimat yang terbaik. Kalimat yang terbaik dari seluruh kalimat-kalimat di artikel Anda. Janganlah bosan untuk menulis, menyusun, mengedit hingga mencapai komposisi kalimat yang paling tepat. Karena itu, tanyakanlah pada diri Anda apakah informasi yang paling tepat dan pertama untuk Anda sampaikan ke khalayak ramai? Apakah inti maksud dari artikel yang Anda akan sampaikan?
Yang sering Anda lakukan berkenaan lead adalah membuat kalimat tanya di lead. Padahal penulis terkenal menyarankan jangan sekali-kali membuat kalimat tanya. Kalimat tanya bisa jadi pilihan terakhir apabila Anda anggap itu orisinil dan provokatif. Apapun juga tugas Anda adalah menyampaikan informasi sedemikian rupa kepada pembaca yang budiman.
Berikutnya, informasi penting ditempatkan pada dua-tiga kata di awal lead berita. Hal ini penting agar pendengar tetap mau berlama-lama membaca pesan yang Anda akan sampaikan. Karena harus berada dua-tiga kata di awal lead berita, berarti janganlah sekali-kali menempatkan di belakang kalimat. Hal ini membuat pembaca yang budiman menjadi bete.
Bila harus menggunakan kata / istilah asing, maka Anda harus memberikan penjelasan singkat terlebih dahulu. Bila tidak, pembaca yang budiman akan mengerutkan kening dan pusing sebelum membaca artikel Anda. Apalagi di artikel tersebut, Anda memasukkan banyak anak kalimat. Jadi kloplah. Pembaca yang budiman langsung beralih ke artikel lain.
Inilah beberapa tips cara mudah untuk membuat lead Anda menarik dan menggoda!
Yang harus disadari bagi seorang penulis adalah waktu pembaca itu sempit. Mereka tidak akan menghabiskan waktu berlama-lama untuk membaca ruang rumah artikel kita bila lead tidak menarik dan menggoda. Kata menarik dan menggoda menjadi daya tarik ketika setiap trainer memberikan wejangan tentang lead.
Apa sih lead yang menarik dan menggoda? Seorang penulis menetapkan sebuah lead yang baik itu harus menarik dari sisi konten dan penataan kalimatnya. Ingat! Kalimat dalam artikel opini Anda wajib berupa kalimat sederhana, ringkas, padat dan enak dibaca. Hindari hal yang bertele-tele karena terlalu panjang atau jelimet membuat pusing dan sukar dicerna maksudnya. Akibatnya, isi artikel Anda tidak dibaca oleh pembaca yang budiman.
Kalimat di lead harus merupakan kalimat yang terbaik. Kalimat yang terbaik dari seluruh kalimat-kalimat di artikel Anda. Janganlah bosan untuk menulis, menyusun, mengedit hingga mencapai komposisi kalimat yang paling tepat. Karena itu, tanyakanlah pada diri Anda apakah informasi yang paling tepat dan pertama untuk Anda sampaikan ke khalayak ramai? Apakah inti maksud dari artikel yang Anda akan sampaikan?
Yang sering Anda lakukan berkenaan lead adalah membuat kalimat tanya di lead. Padahal penulis terkenal menyarankan jangan sekali-kali membuat kalimat tanya. Kalimat tanya bisa jadi pilihan terakhir apabila Anda anggap itu orisinil dan provokatif. Apapun juga tugas Anda adalah menyampaikan informasi sedemikian rupa kepada pembaca yang budiman.
Berikutnya, informasi penting ditempatkan pada dua-tiga kata di awal lead berita. Hal ini penting agar pendengar tetap mau berlama-lama membaca pesan yang Anda akan sampaikan. Karena harus berada dua-tiga kata di awal lead berita, berarti janganlah sekali-kali menempatkan di belakang kalimat. Hal ini membuat pembaca yang budiman menjadi bete.
Bila harus menggunakan kata / istilah asing, maka Anda harus memberikan penjelasan singkat terlebih dahulu. Bila tidak, pembaca yang budiman akan mengerutkan kening dan pusing sebelum membaca artikel Anda. Apalagi di artikel tersebut, Anda memasukkan banyak anak kalimat. Jadi kloplah. Pembaca yang budiman langsung beralih ke artikel lain.
Inilah beberapa tips cara mudah untuk membuat lead Anda menarik dan menggoda!
Sabtu, 05 Februari 2011
Tulislah Artikel yang Tidak Lebih dari 300 kata
Seorang penulis pemula harus berlatih menulis sebuah artikel yang tidak lebih dari 300 kata. Mengapa? Apakah penulis pemula tidak boleh menulis artikel lebih dari 300 kata? Mengapa penulis harus berlatih? Apa manfaat yang dapat diambil dari berlatih menulis, membaca dan berlogika?
Pada prinsipnya tidak ada larangan seorang penulis pemula menulis sebuah artikel yang lebih dari 300 kata. Menulis sebuah artikel yang tidak lebih dari 300 kata sama dengan satu halaman spasi rapat pada program Microsoft Office Word. Harus diakui menulis sampai satu halaman merupakan sebuah sukses kecil bagi seorang penulis pemula.
Mengapa disebut sukses kecil? Anda telah berhasil melewati keraguan atas kemampuan menulis Anda apakah saya bisa menulis. Bila dapat melewati hambatan psikologis ini dengan berhasil, Anda akan menjadi seorang penulis besar. Banyak penulis tidak berani menuangkan gagasannya meskipun mereka telah dipenuhi teori menulis. Jadi, langkah raksasa dimulai dari langkah pertama Anda.
Anda juga sukses karena artikel yang Anda buat dapat Anda edit. Anda harus berani merubah kalimat-kalimat dalam artikel Anda. Kemampuan editing hanya akan tumbuh berkembang bila Anda sering gunakan. Dalam benak Anda sudah tahu tentang 3 sukses menulis artikel gila: sukses menuangkan gagasan gila, teknik penulisan yang gila dan mencantumkan referensi yang gila.
Lupakan aturan, teori dan segala macam teknik menulis. Mengikuti aturan, teori dan teknik menulis ini dan itu akan membuat Anda terhambat dan ragu. Menulis adalah sebuah kegilaan yang secara sadar diakui dan dijalankan. Parameter yang disebutkan di atas hanya membimbing kita untuk mematuhi adab menulis saja. Di luar itu mari kita melakukan kegilaan secara sadar.
Ketika Anda berhasil menulis sebuah artikel yang tidak lebih dari 300 kata berarti Anda dapat menulis artikel lainnya pada hari itu juga dan hari-hari berikutnya. Janganlah terlalu lama jedah dan berhenti untuk tidak menulis. Seorang olahragawan harus berlatih dua-tiga hari berikutnya. Karena menulis itu olah raga logika, maka seorang penulis harus bisa menulis artikel yang tidak lebih dari 300 kata dua-tiga artikel per hari.
Dengan berbagai sukses kecil itu, Anda tinggal menunggu sukses besar di masa depan. Anda akan mudah menuangkan gagasan di artikel yang panjangnya lebih dari 10 halaman atau membuat buku, novel atau tulisan lain dengan ringan dan ceria. Sekali lagi, sukses kecil menuangkan gagasan gila, teknik penulisan gila dan mencantumkan rujukan gila akan membuat Anda sebagai penulis besar di kemudian hari.
Pada prinsipnya tidak ada larangan seorang penulis pemula menulis sebuah artikel yang lebih dari 300 kata. Menulis sebuah artikel yang tidak lebih dari 300 kata sama dengan satu halaman spasi rapat pada program Microsoft Office Word. Harus diakui menulis sampai satu halaman merupakan sebuah sukses kecil bagi seorang penulis pemula.
Mengapa disebut sukses kecil? Anda telah berhasil melewati keraguan atas kemampuan menulis Anda apakah saya bisa menulis. Bila dapat melewati hambatan psikologis ini dengan berhasil, Anda akan menjadi seorang penulis besar. Banyak penulis tidak berani menuangkan gagasannya meskipun mereka telah dipenuhi teori menulis. Jadi, langkah raksasa dimulai dari langkah pertama Anda.
Anda juga sukses karena artikel yang Anda buat dapat Anda edit. Anda harus berani merubah kalimat-kalimat dalam artikel Anda. Kemampuan editing hanya akan tumbuh berkembang bila Anda sering gunakan. Dalam benak Anda sudah tahu tentang 3 sukses menulis artikel gila: sukses menuangkan gagasan gila, teknik penulisan yang gila dan mencantumkan referensi yang gila.
Lupakan aturan, teori dan segala macam teknik menulis. Mengikuti aturan, teori dan teknik menulis ini dan itu akan membuat Anda terhambat dan ragu. Menulis adalah sebuah kegilaan yang secara sadar diakui dan dijalankan. Parameter yang disebutkan di atas hanya membimbing kita untuk mematuhi adab menulis saja. Di luar itu mari kita melakukan kegilaan secara sadar.
Ketika Anda berhasil menulis sebuah artikel yang tidak lebih dari 300 kata berarti Anda dapat menulis artikel lainnya pada hari itu juga dan hari-hari berikutnya. Janganlah terlalu lama jedah dan berhenti untuk tidak menulis. Seorang olahragawan harus berlatih dua-tiga hari berikutnya. Karena menulis itu olah raga logika, maka seorang penulis harus bisa menulis artikel yang tidak lebih dari 300 kata dua-tiga artikel per hari.
Dengan berbagai sukses kecil itu, Anda tinggal menunggu sukses besar di masa depan. Anda akan mudah menuangkan gagasan di artikel yang panjangnya lebih dari 10 halaman atau membuat buku, novel atau tulisan lain dengan ringan dan ceria. Sekali lagi, sukses kecil menuangkan gagasan gila, teknik penulisan gila dan mencantumkan rujukan gila akan membuat Anda sebagai penulis besar di kemudian hari.
Menulis 3-4 Baris Tulisan Ilmiah Sama Dengan Menulis 10 Baris di Artikel Koran
Mengambil hikmah dari pengalaman orang lain sama penting dengan kegiatan belajar. Salah satunya dengan mengambil hikmah dari Satjipto Raharjo seorang Guru Besra Emeritus Sosiologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Pak Tjip begitu dipanggil telah menulis di koran Kompas selama 33 tahun. Tiga puluh tiga tahun adalah sebuah masa yang panjang. Apa kiat-kiatnya yang dapat kita ambil hikmahnya?
Pertama, Pak Tjip katakan pokok pikiran yang hanya tiga empat baris di tulisan ilmiah murni dapat ditulis menjadi 10 baris di tulisan ilmiah populer. Dengan penjabaran yang lebih luas, ilmu hukum yang kering dan kurang menarik menjadi gagasan yang segar dan menarik. Ternyata ilmu hukum itu berguna dalam kaitan dengan masyarakat pada umumnya, katanya.
Kedua, Pak Tjip telah menulis 367 artikel seperti yang tertulis di Database Pusat Informasi Kompas. Pak Tjip mengembangkan tulisan dengan proses kreatif, memberi ilustrasi karena menulis itu seni. Seni berarti kencing atau buang air kecil. Perasaan lega dirasakan setelah kencing atau buang air kecil itu dilakukan. Dengan menulis, tulisan sebagai buah dari kegiatan logika keluar dari kepala kita.
Ketiga, untuk melengkapi kegiatan seninya, Pak Tjip melengkapi dengan daftar referensi buku-buku yang berjumlah ratusan judul di perpustakaan pribadinya di rumahnya. Ketika menulis di depan komputer, Pak Tjip juga merasa dia sedang berbicara di depan khalayak ramai. Akibatnya, Pak Tjip dapat menulis satu tulisan dari dua-tiga jam hingga dua-tiga minggu. Beliau butuh kontemplasi.
Poin ketiga ini berkenaan dengan referensi buku, merasakan berbicara di depan khalayak ramai dan kontemplasi membuat sebuah tulisan itu berbobot. Kadang kala ketiga faktor ini mempengaruhi hasil tulisan yang sedang dibuat. Akibatnya sebuah tulisan dapat selesai dibuat hingga dua-tiga minggu. Rasa lega setelah menyelesaikan sebuah tulisan menjadi variabel penting di sini.
Keempat, yang tidak kalah penting adalah Pak Tjip masih merasa harus melakukan latihan intelektual, membaca dan menulis. Seorang penulis yang telah menulis selama 33 tahun masih merasa perlu untuk berlatih secara intelektual, membaca dan menulis. Bagaimana dengan kita sebagai seorang penulis muda? Tentu pengakuan secara tidak sadar dari Pak Tjip merupakan cambuk bagi kita bahwa berlatih dalam kaitan dengan intelektual, membaca dan menulis merupakan sebuah kata wajib.
Semoga empat poin hikmah yang dapat kita ambil dari pengalaman Pak Tjip. Beliau telah menulis selama 33 tahun. Pengalaman panjang ini perlu kita lanjutkan dalam bentuk pembuktian di lapangan. Setiap penulis memiliki action field sendiri. Dengan kata lain, seorang penulis harus berlatih dan bertanding secara teratur di atas action field itu.
Catatan: Tulisan ini terinspirasi dari artikel di koran Kompas dengan judul ” Satjipto, 33 Tahun Menulis Artikel”
Pertama, Pak Tjip katakan pokok pikiran yang hanya tiga empat baris di tulisan ilmiah murni dapat ditulis menjadi 10 baris di tulisan ilmiah populer. Dengan penjabaran yang lebih luas, ilmu hukum yang kering dan kurang menarik menjadi gagasan yang segar dan menarik. Ternyata ilmu hukum itu berguna dalam kaitan dengan masyarakat pada umumnya, katanya.
Kedua, Pak Tjip telah menulis 367 artikel seperti yang tertulis di Database Pusat Informasi Kompas. Pak Tjip mengembangkan tulisan dengan proses kreatif, memberi ilustrasi karena menulis itu seni. Seni berarti kencing atau buang air kecil. Perasaan lega dirasakan setelah kencing atau buang air kecil itu dilakukan. Dengan menulis, tulisan sebagai buah dari kegiatan logika keluar dari kepala kita.
Ketiga, untuk melengkapi kegiatan seninya, Pak Tjip melengkapi dengan daftar referensi buku-buku yang berjumlah ratusan judul di perpustakaan pribadinya di rumahnya. Ketika menulis di depan komputer, Pak Tjip juga merasa dia sedang berbicara di depan khalayak ramai. Akibatnya, Pak Tjip dapat menulis satu tulisan dari dua-tiga jam hingga dua-tiga minggu. Beliau butuh kontemplasi.
Poin ketiga ini berkenaan dengan referensi buku, merasakan berbicara di depan khalayak ramai dan kontemplasi membuat sebuah tulisan itu berbobot. Kadang kala ketiga faktor ini mempengaruhi hasil tulisan yang sedang dibuat. Akibatnya sebuah tulisan dapat selesai dibuat hingga dua-tiga minggu. Rasa lega setelah menyelesaikan sebuah tulisan menjadi variabel penting di sini.
Keempat, yang tidak kalah penting adalah Pak Tjip masih merasa harus melakukan latihan intelektual, membaca dan menulis. Seorang penulis yang telah menulis selama 33 tahun masih merasa perlu untuk berlatih secara intelektual, membaca dan menulis. Bagaimana dengan kita sebagai seorang penulis muda? Tentu pengakuan secara tidak sadar dari Pak Tjip merupakan cambuk bagi kita bahwa berlatih dalam kaitan dengan intelektual, membaca dan menulis merupakan sebuah kata wajib.
Semoga empat poin hikmah yang dapat kita ambil dari pengalaman Pak Tjip. Beliau telah menulis selama 33 tahun. Pengalaman panjang ini perlu kita lanjutkan dalam bentuk pembuktian di lapangan. Setiap penulis memiliki action field sendiri. Dengan kata lain, seorang penulis harus berlatih dan bertanding secara teratur di atas action field itu.
Catatan: Tulisan ini terinspirasi dari artikel di koran Kompas dengan judul ” Satjipto, 33 Tahun Menulis Artikel”
Mengukur Capaian Kemampuan Menulis Kita
Mengukur adalah suatu kegiatan untuk menimbang benda atau objek dengan sebuah alat ukur. Kemampuan menulis kita juga perlu diukur. Maksudnya hal ini untuk melihat pada level mana sebenarnya kita berada. Tentu bila ada standar kemampuan menulis yang profesional, maka kita akan lebih tekun untuk mengupgrade kemampuan kita.
Pernyataan Arswendo bahwa menulis itu gampang, tentu perlu disadari hal ini hanya untuk memberi motivasi. Kenyataan untuk menjadi penulis yang berbobot harus melewati jalan yang terjal dan sulit. Penguasaan perangkat dasar tentu kita sudah miliki, seperti penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), penguasaan editing, program komputer WS atau Word dan sejenisnya.
Kemampuan untuk mengembangkan ide juga tidak masalah. Membaca referensi dan buku-buku juga sudah dilakukan. Bahkan kemampuan untuk melakukan penelitian kecil-kecilan juga biasa dilakukan.
Apalagi berkenaan dengan struktur tulisan sendiri. Membuat lead yang baik sebagai referensi pembaca untuk membaca isi tulisan Anda sudah dikuasai. Kemudian, membuat judul yang eye catching atau menarik sudah bukan hal baru untuk dilakukan. Dengan kata lain, teknik menulis artikel sudah dikuasai dengan baik dan benar secara profesional.
Rupanya ada faktor penghambat, yaitu jarang menulis dan kurang berorientasi pada penerbitan. Ada sebuah pepatah Melayu bahwa tak kenal maka tak sayang. Jarang menulis berarti pengetahuan dasar dan kemampuan pendukung tidak akan bermanfaat sama sekali. Yang diperlukan seorang penulis adalah action field atau medan untuk bertindak, yaitu berlatih. Artikel opini yang sudah dibuat dapat dimuat di blog yang kita miliki. Bila belum punya blog, buatlah! Selama masih gratis, coba kita upload tulisan-tulisan kita.
Dengan mengupload tulisan atau artikel ke blog, muncul keberanian kita untuk memuat tulisan-tulisan yang kita sudah buat. Hal ini memungkinkan orang lain untuk membacanya. Berikutnya yang juga penting selain mengupload ke blog kita adalah mengikuti lomba-lomba penulisan.
Pada akhirnya, bila semua tahapan kita sudah kuasai dan berlatih dan berlomba sudah kita ikuti. Artikel-artikel yang kita buat tinggal menunggu menghiasi surat kabar, majalah, jurnal atau buku. Bersama dengan terbitnya berbagai artikel atau tulisan kita, nama kita menjadi branding tersendiri di tempat kita menerbitkan tulisan atau artikel itu. Selanjutnya terserah Anda!
Pernyataan Arswendo bahwa menulis itu gampang, tentu perlu disadari hal ini hanya untuk memberi motivasi. Kenyataan untuk menjadi penulis yang berbobot harus melewati jalan yang terjal dan sulit. Penguasaan perangkat dasar tentu kita sudah miliki, seperti penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), penguasaan editing, program komputer WS atau Word dan sejenisnya.
Kemampuan untuk mengembangkan ide juga tidak masalah. Membaca referensi dan buku-buku juga sudah dilakukan. Bahkan kemampuan untuk melakukan penelitian kecil-kecilan juga biasa dilakukan.
Apalagi berkenaan dengan struktur tulisan sendiri. Membuat lead yang baik sebagai referensi pembaca untuk membaca isi tulisan Anda sudah dikuasai. Kemudian, membuat judul yang eye catching atau menarik sudah bukan hal baru untuk dilakukan. Dengan kata lain, teknik menulis artikel sudah dikuasai dengan baik dan benar secara profesional.
Rupanya ada faktor penghambat, yaitu jarang menulis dan kurang berorientasi pada penerbitan. Ada sebuah pepatah Melayu bahwa tak kenal maka tak sayang. Jarang menulis berarti pengetahuan dasar dan kemampuan pendukung tidak akan bermanfaat sama sekali. Yang diperlukan seorang penulis adalah action field atau medan untuk bertindak, yaitu berlatih. Artikel opini yang sudah dibuat dapat dimuat di blog yang kita miliki. Bila belum punya blog, buatlah! Selama masih gratis, coba kita upload tulisan-tulisan kita.
Dengan mengupload tulisan atau artikel ke blog, muncul keberanian kita untuk memuat tulisan-tulisan yang kita sudah buat. Hal ini memungkinkan orang lain untuk membacanya. Berikutnya yang juga penting selain mengupload ke blog kita adalah mengikuti lomba-lomba penulisan.
Pada akhirnya, bila semua tahapan kita sudah kuasai dan berlatih dan berlomba sudah kita ikuti. Artikel-artikel yang kita buat tinggal menunggu menghiasi surat kabar, majalah, jurnal atau buku. Bersama dengan terbitnya berbagai artikel atau tulisan kita, nama kita menjadi branding tersendiri di tempat kita menerbitkan tulisan atau artikel itu. Selanjutnya terserah Anda!
Bagaimana Tulisan Bisa Dimuat di Kompas
Saking sukarnya artikel opini dimuat di Kompas, wartawan koran tersebut membocorkan rahasianya. Tentu standar artikel opini yang dimuat di surat kabar ini tinggi. Apalagi imbalan dari artikel opini yang dimuat juga tinggi. Wartawan Pepih Nugraha menyebutkan 17 sebab artikel opini ditolak.
Penulis memilah 17 sebab itu dalam tiga hal yang berkaitan dengan: tema atau gagasan tulisan, teknis penulisan, sumber tulisan. Tema atau gagasan tulisan harus menjadi perhatian. Acapkali penulis kurang memperhatikan ini. Misalnya, tulisan dibuat tanpa memperhatikan konteks berita yang sedang berkembang di surat kabar.
Berkenaan dengan tema atau gagasan, Pepih Nugraha menyebutkan hal itu berkenaan dengan topik atau tema kurang aktual; cakupan terlalu mikro atau lokal; konteks kurang jelas; uraian terlalu sumir; diskusi kurang berimbang; uraian tidak membuka pencerahan baru; uraian terlalu datar dan uraian ditujukan kepada orang.
Penulis harus jelis untuk menguraikan bahasan tulisan sedemikian rupa agar artikel opininya dimuat. Secara tema memang bisa dianggap bagus, tetapi ketika cakupan terlalu mikro atau lokal atau uraian terlalu sumir atau diskusi kurang berimbang atau uraian tidak membuka pencerahan baru atau terlalu datar memang terasa hambar artikel itu. Apalagi artikel itu ditujukan kepada orang bukan khalayak umum. Pantaslah artikel itu tidak diterima! Apalagi disertai dengan argumen dan pandangan bukan hal baru.
Berkenaan dengan hal teknis penulisan, ada 9 dari 17 sebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas. Hal ini berkaitan dengan cara penyajian berkepanjangan; pengungkapan dan redaksional kurang mendukung; bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer; gaya tulisan pidato/makalah/ kuliah; terlalu banyak kutipan; alur uraian tidak runut; alinea pengetikan panjang-panjang.
Memang kata kunci dalam artikel opini adalah kalimat sederhana. Kalimat yang dibuat diupayakan dilihat lebih seksama. Kalimat dirubah sedemikian rupa agar menjadi kalimat sederhana. Kemudian perhatian panjang halaman terbatas. Hal lainnya juga penting. Bahasa bertutur lebih enak digunakan. Bahasa yang terlalu ilmiah/akademis atau sebaliknya gaya tulisan untuk pidato/makalah/kuliah juga harus dihindari.
Lalu bagaimana kita bisa melewati rintangan dan hambatan teknis penulisan adalah dengan berlatih. Lebih sering lagi untuk menulis. Hal ini membuat kita terbiasa dengan lingkungan koran.
Faktor terakhir adalah berkenaan dengan sumber tulisan. Inilah yang melengkapi dan memperjelas artikel opini kita. Janganlah kita menjadi plagiat. Seorang penulis sejati harus memahaminya. Bila sebagian besar penyebab artikel opini tidak dimuat oleh Desk Opini Kompas dapat diatasi, berikutnya adalah berdoa. Semoga tulisan kita dapat dimuat. Amiiin
Penulis memilah 17 sebab itu dalam tiga hal yang berkaitan dengan: tema atau gagasan tulisan, teknis penulisan, sumber tulisan. Tema atau gagasan tulisan harus menjadi perhatian. Acapkali penulis kurang memperhatikan ini. Misalnya, tulisan dibuat tanpa memperhatikan konteks berita yang sedang berkembang di surat kabar.
Berkenaan dengan tema atau gagasan, Pepih Nugraha menyebutkan hal itu berkenaan dengan topik atau tema kurang aktual; cakupan terlalu mikro atau lokal; konteks kurang jelas; uraian terlalu sumir; diskusi kurang berimbang; uraian tidak membuka pencerahan baru; uraian terlalu datar dan uraian ditujukan kepada orang.
Penulis harus jelis untuk menguraikan bahasan tulisan sedemikian rupa agar artikel opininya dimuat. Secara tema memang bisa dianggap bagus, tetapi ketika cakupan terlalu mikro atau lokal atau uraian terlalu sumir atau diskusi kurang berimbang atau uraian tidak membuka pencerahan baru atau terlalu datar memang terasa hambar artikel itu. Apalagi artikel itu ditujukan kepada orang bukan khalayak umum. Pantaslah artikel itu tidak diterima! Apalagi disertai dengan argumen dan pandangan bukan hal baru.
Berkenaan dengan hal teknis penulisan, ada 9 dari 17 sebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas. Hal ini berkaitan dengan cara penyajian berkepanjangan; pengungkapan dan redaksional kurang mendukung; bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer; gaya tulisan pidato/makalah/ kuliah; terlalu banyak kutipan; alur uraian tidak runut; alinea pengetikan panjang-panjang.
Memang kata kunci dalam artikel opini adalah kalimat sederhana. Kalimat yang dibuat diupayakan dilihat lebih seksama. Kalimat dirubah sedemikian rupa agar menjadi kalimat sederhana. Kemudian perhatian panjang halaman terbatas. Hal lainnya juga penting. Bahasa bertutur lebih enak digunakan. Bahasa yang terlalu ilmiah/akademis atau sebaliknya gaya tulisan untuk pidato/makalah/kuliah juga harus dihindari.
Lalu bagaimana kita bisa melewati rintangan dan hambatan teknis penulisan adalah dengan berlatih. Lebih sering lagi untuk menulis. Hal ini membuat kita terbiasa dengan lingkungan koran.
Faktor terakhir adalah berkenaan dengan sumber tulisan. Inilah yang melengkapi dan memperjelas artikel opini kita. Janganlah kita menjadi plagiat. Seorang penulis sejati harus memahaminya. Bila sebagian besar penyebab artikel opini tidak dimuat oleh Desk Opini Kompas dapat diatasi, berikutnya adalah berdoa. Semoga tulisan kita dapat dimuat. Amiiin
Langganan:
Postingan (Atom)