Sabtu, 28 Juli 2012

Siapakah Juru Dakwah Itu?


Siapakah juru dakwah itu? Pertanyaan ini muncul dari kegalauan ummat melihat beragamnya perilaku juru dakwah itu. Ummat ini galau karena perilaku mereka dianggap tidak sesuai dengan tuntutan dan tuntunan dakwah . Keberadaannya membuat problematika ummat semakin kompleks. Fenomena juru dakwah sekarang ini dari ustadz "ngepop" hingga ustadz yang keberadaannya menimbulkan masalah dan permusuhan di masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat sedang mencari sosok juru dakwah yang dapat menjadi suri tauladan di dalam kehidupan.

Sebelum pembahasan, lebih baik kita memperjelas siapakah juru dakwah itu? Juru dakwah adalah orang yang menjadi perantara untuk menyampaikan tujuan dan maksud Al Qur'an kepada manusia agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa. Interaksinya dengan Al Qur'an menjadi sebuah keharusan. Hal ini diikuti dengan perubahan perilaku, perubahan pemikiran, perubahan perasaan dan perubahan yang nilai-nilai Al Qur'an, aturan syari'ah dan prinsip-prinsip Islam kehendaki. Dia menghadirkan Allah subhana wa ta'ala dalam hidupnya. Bukan sebagai objek yang setiap waktu ditinggalkan dan memilih tujuan lain dari tujuan Allah subhana wata'ala.

Dengan kata lain, seorang juru dakwah adalah seseorang yang hidup sesuai apa yang disampaikannya kepada ummat atau pendengarnya. Apapun yang dia sampaikan sudah dia amalkan dalam kehidupannya. Tidak ada pertentangan antara hati nurani dan ucapannya. Apabila ada yang mempertanyakan dirinya dan perilakunya yang tidak sesuai dengan keislamanan itu sendiri, maka didengarkanlah hujatan itu dan selaraskanlah perilakunya . Sensitifitas untuk merubah perilakunya bahkan dapat menembus ucapan yang tidak keluar dari mulut mereka. Hidup seorang juru dakwah seperti ini adalah memberi, memberi dan memberi. Seperti sebuah pohon mangga yang berbuah lebat dan akan memberi buahnya kepada mereka yang melemparinya.

Adakah orang seperti ini? Pastilah ada. Mungkin secara kuantitas tidaklah banyak. Tetapi, kehadirannya di masyarakat sangat dinanti-nantikan dan perginya seorang juru dakwah dari satu lingkungan masyarakat dirasakan sebagai kehilangan bagi masyarakat tersebut. Seorang juru dakwah seperti ini akan selalu memberikan makanan rohani yang menyehatkan jiwa dan fisik. Orang akan terus menerus mendatangi mereka. Orang akan meniru perilakunya seperti apa yang diajarkan para juru dakwah ini.

Juru dakwah seharusnya pula memahami kondisi masyarakatnya. Dia tidak akan menyampaikan sesuatu apapun dari ayat Al Qur'an atau hadits yang masyarakat belum siap menerimanya. Kontroversi, penolakan dan pertengkaran antara seorang juru dakwah dan anggota masyarakat karena satu tema pembahasan haruslah dihindari. Dengan kata lain, juru dakwah haruslah mengetahui tema bahasan apa yang dapat diterima dan mana yang belum. Seorang juru dakwah sebaiknya selalu membuka keluh kesah masyarakat. Dengan dialog banyak pelajaran yang didapat.

Salah satu tema bahasan yang kontroversial adalah masalah politik. Seorang juru dakwah harus berhati-hati tidak menyinggung masalah ini. Bila harus membahas tema politik, maka berpikir berkali-kali untuk memastikan tingkat penerimaan masyarakat atas tema bahasa itu. Misalnya, ketika sedang diselenggarakan pemilukada maka seorang juru dakwah tidak membicarakan tema ini atau tidak menyebutkan dukungan dirinya pada seorang calon. Ditakutkan salah satu atau banyak anggota masyarakat yang mendengar ceramahnya pendukung calon lainnya. Ingatlah pepatah: "Mulutmu harimaumu".

Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari suri tauladan kehidupan Rasulullah adalah orang-orang yang tidak sukai dan bermusuhan dengan beliau karena alasan keimanan dan aqidah. Ketika seorang juru dakwah dimusuhi karena keimanan, maka dia sudah tepat berdiri. Tentu, orang yang memusuhi juru dakwah itu memiliki maksud ideologis. Ketika seorang juru dakwah dihadapi dengan masalah ini, tidak ada kata lain selain maju terus pantang mundur.

Pelajaran yang dapat diambil di sini adalah tanamkan lima hal yang mendasar dalam dakwah anda. Ajarkanlah Allah itu tujuan kami (Allahu goyatuna), Rasulullah SAW itu teladan kami (Ar rasul qudwatuna), Al Qur'an landasan hukum kami (Al Qur'an Dusturuna), Jihad itu Jalan Kami (Al Jihad Sabiluna),  Mati syahid adalah cita-cita kami tertinggi (Asy Syahid umniyatuna). Rasa cinta yang mendalam atas tujuan pelajaran ini menjadikan anggota masyarakat mencintai Islam dan agamanya dengan sebenar-benarnya cinta karena alasan ideologis dan membenci karena alasan ideologis pula.

Semoga engkau dapat menemukan seorang juru dakwah sejati semacam itu! Berdirilah bersamanya menegakkan kalimatullah di atas bumi ini. Janganlah ragu untuk mengatakan kebenaran ini. Kemudian, katakanlah pula kebenaran ini di depan juru dakwah yang menyimpang dan jauh dari cita-cita dakwah ini. Meskipun, juru dakwah itu pernah berada bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar