Minggu, 22 Juli 2012

Paragraf yang Efektif

Tidak semua yang berbentuk paragraf adalah sebuah paragraf. Bentuk paragraf adalah sekumpulan kalimat atau satu kalimat membentuk satu unit. Unit itu dapat membentuk satu kesatuan dengan adanya  controlling idea atau gagasan pengontrol. Misalnya, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Iran sebagai penengah masalah nuklir Iran. Sebagai sebuah topic sentence, kalimat ini berisi sebuah topik (yaitu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan) dan sebuah controlling idea (yaitu, mengunjungi Iran sebagai penengah masalah nuklir Iran).

Letak controlling idea berada di topic sentence bersama  topik, dan acapkali berada di kalimat pertama di awal paragraf. Kalimat-kalimat pendukung biasanya hanya mengacu pada satu gagasan pengontrol. Tidaklah bermasalah apakah kalimat pendukung itu hanya satu atau panjangnya hingga setengah halaman.

Kemudian, apakah kalimat-kalimat di atas membentuk satu unit paragraf yang efektif. Ya. Karena di sebuah tulisan terdiri lebih dari satu paragraf, maka satu paragraf dengan paragraf lainnya harus membentuk satu kesatuan pula. Satu kesatuan ini harus terhubung dengan satu gagasan pula. Hal ini biasanya berada di dalam thesis statement. Perlu diingatkan kembali sebuah thesis statement terdiri dari sebuah topik, sebuah klaim dan reasoning. Ketiga hal ini harus ada di dalam sebuah tulisan.

Hubungan antara thesis statement dan setiap paragraf berupa sebuah paragraf yang efektif. Di dalam sebuah paragraf yang efektif, terdapat empat hal yang mendasar:  kesatuan, hubungan yang jelas dengan thesis statement, adanya kepaduan dan pengembangan paragraf yang baik. Keempat hal ini dapat dilihat lebih lanjut dari pengorganisasian sebuah paragraf. Paragraf dapat diorganisir dengan cara: narasi, deskripsi, proses, klasifikasi dan ilustrasi. Kedua hal di atas (pengembangan paragraf dan pengorganisasian paragraf) dapat dianalisis lebih lanjut setelah sebuah artikel dievaluasi ulang.  Di sini sekali hanya  menyebutkan pengembangan dan pengorganisasian paragraf tanpa memberi contoh lebih lanjut. Karena pembahasan ini sudah cukup memadai. 

Perlu diingatkan kembali dari penjelasan di atas, seorang penulis harus melewati setiap tahapan di atas mau tidak mau, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar. Dan selalu diakhiri dengan upaya penulis untuk melakukan evaluasi. Agar semua bagian dari kalimat, paragraf dan artikel itu merupakan sebuah maksud yang tertuang dalam thesis. Oleh karena itu, proses mengingatkan kembali dapat juga dimulai dari proses awal membuat satu kata yang berfungsi sebagai tema, sebuah klaim dan reasoning yang cukup mewakili. Langkah-langkah itu dapat terdiri dari lima bagian.

Saya tidak ingin mengulangi lagi apa yang orang lain tulis. Tema-tema yang menjadi perhatian seorang penulis dalam langkah-langkah ini mencakup pertama menentukan sebuah controlling idea dan membuat sebuah topic sentence. Langkah ini pasti dapat dilakukan dengan mudah bila proses membiasakan berlangsung. Pembiasan ini harus dimulai dengan sadar ketika menulis sebuah paragraf, maka mulailah dengan sebuah topic sentence. Yang secara otomatis akan terdapat controlling idea di dalam sebuah topic sentence. Seperti sebuah troubleshooting untuk komputer, di dunia penulisan ada juga troubleshooting. Perhatikan apakah sebuah paragraf sudah terdapat satu topic sentence. Perhatikan, bisa jadi anda memiliki lebih dari satu topic sentence atau anda tidak memiliki topic sentence sama sekali. Jadi, anda harus melakukan editing terhadap paragraf tersebut. Yang kedua dalam troubleshooting adalah apakah di sebuah paragraf sudah terdapat controlling idea. Bila tidak ada pastikan, anda memilikinya. Hal ini harus juga merujuk pada satu controlling idea. Yang perlu diingatkan pula, lakukanlah editing bila lebih dari satu controlling idea atau tidak ada sama sekali controlling idea. Yang perlu diperhatikan juga, ketika melakukan troubleshooting adalah memperhatikan aspek kalimat transisi di sebuah paragraf. Hal ini terlihat sepele tetapi akan mempengaruhi orang ketika membacanya.

Kemudian, langkah kedua dalam menulis sebuah paragraf yang efektif adalah menjelaskan controlling idea. Pembaca bisa jadi tidak mengetahui dengan persis maksud dan tujuan controlling idea yang anda ajukan. Oleh karena itu, sebaiknya jangan lupa untuk mengembangkan atau menjelaskannya.

Langkah ketiga dalam menulis adalah memberikan satu atau beberapa contoh. Hubungan pembaca dan penulis sangatlah tipis yaitu kata dan kalimat di dalam tulisan Anda. Oleh karena itu, pikiran abstrak anda harus diturunkan dalam bentuk contoh. Tentu, contoh yang diberikan jangan begitu saja diletakkan. Anda harus berperan seperti kuli bangunan (kan kita kuli tinta!). Anda harus masukkan contoh atau contoh-contoh ke dalam satu paragraf dengan memberikan penjelasan. Inilah langkah keempat yang anda harus ambil. Tidaklah harus banyak-banyak penjelasan itu. Penjelasan itu dapat berupa satu frase, satu kalimat atau beberapa frase atau beberapa kalimat. Di tulisan di koran atau media massa, biasanya satu frase atau satu kalimat sudah cukup. Hal ini tergantung pada kecukupan pengembangan paragraf. Selain itu, kalimat transisi di atas yang dibahas dalam troubleshooting berguna juga dalam pengembangan paragraf yang efektif. Harus ada transisi dalam paragraf berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar