Tidak semua yang
berbentuk paragraf adalah sebuah paragraf. Bentuk paragraf adalah sekumpulan
kalimat atau satu kalimat membentuk satu unit. Unit itu dapat membentuk satu
kesatuan dengan adanya controlling idea atau gagasan pengontrol.
Misalnya, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Iran sebagai
penengah masalah nuklir Iran. Sebagai sebuah topic
sentence, kalimat ini berisi sebuah topik (yaitu, Perdana Menteri Turki
Recep Tayyip Erdogan) dan sebuah controlling
idea (yaitu, mengunjungi Iran sebagai penengah masalah nuklir Iran).
Letak controlling idea berada di topic sentence bersama topik, dan acapkali berada di kalimat pertama
di awal paragraf. Kalimat-kalimat pendukung biasanya hanya mengacu pada satu
gagasan pengontrol. Tidaklah bermasalah apakah kalimat pendukung itu hanya satu
atau panjangnya hingga setengah halaman.
Kemudian, apakah
kalimat-kalimat di atas membentuk satu unit paragraf yang efektif. Ya. Karena
di sebuah tulisan terdiri lebih dari satu paragraf, maka satu paragraf dengan
paragraf lainnya harus membentuk satu kesatuan pula. Satu kesatuan ini harus
terhubung dengan satu gagasan pula. Hal ini biasanya berada di dalam thesis statement. Perlu diingatkan kembali
sebuah thesis statement terdiri dari
sebuah topik, sebuah klaim dan reasoning.
Ketiga hal ini harus ada di dalam sebuah tulisan.
Hubungan antara thesis statement dan setiap paragraf berupa
sebuah paragraf yang efektif. Di dalam sebuah paragraf yang efektif, terdapat
empat hal yang mendasar: kesatuan,
hubungan yang jelas dengan thesis statement,
adanya kepaduan dan pengembangan paragraf yang baik. Keempat hal ini dapat
dilihat lebih lanjut dari pengorganisasian sebuah paragraf. Paragraf dapat
diorganisir dengan cara: narasi, deskripsi, proses, klasifikasi dan ilustrasi.
Kedua hal di atas (pengembangan paragraf dan pengorganisasian paragraf) dapat
dianalisis lebih lanjut setelah sebuah artikel dievaluasi ulang. Di sini sekali hanya menyebutkan pengembangan dan pengorganisasian
paragraf tanpa memberi contoh lebih lanjut. Karena pembahasan ini sudah cukup
memadai.
Perlu diingatkan
kembali dari penjelasan di atas, seorang penulis harus melewati setiap tahapan
di atas mau tidak mau, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar. Dan selalu
diakhiri dengan upaya penulis untuk melakukan evaluasi. Agar semua bagian dari
kalimat, paragraf dan artikel itu merupakan sebuah maksud yang tertuang dalam
thesis. Oleh karena itu, proses mengingatkan kembali dapat juga dimulai dari
proses awal membuat satu kata yang berfungsi sebagai tema, sebuah klaim dan
reasoning yang cukup mewakili. Langkah-langkah itu dapat terdiri dari lima
bagian.
Saya tidak ingin
mengulangi lagi apa yang orang lain tulis. Tema-tema yang menjadi perhatian
seorang penulis dalam langkah-langkah ini mencakup pertama menentukan sebuah controlling idea dan membuat sebuah
topic sentence. Langkah ini pasti dapat dilakukan dengan mudah bila
proses membiasakan berlangsung. Pembiasan ini harus dimulai dengan sadar ketika
menulis sebuah paragraf, maka mulailah dengan sebuah topic sentence. Yang secara otomatis akan terdapat controlling idea di dalam sebuah topic sentence. Seperti sebuah troubleshooting untuk komputer, di dunia
penulisan ada juga troubleshooting.
Perhatikan apakah sebuah paragraf sudah terdapat satu
topic sentence. Perhatikan, bisa jadi anda memiliki lebih dari satu topic sentence atau anda tidak memiliki topic sentence sama sekali. Jadi, anda harus
melakukan editing terhadap paragraf tersebut. Yang kedua dalam troubleshooting adalah apakah di sebuah
paragraf sudah terdapat controlling idea.
Bila tidak ada pastikan, anda memilikinya. Hal ini harus juga merujuk pada satu
controlling idea. Yang perlu diingatkan
pula, lakukanlah editing bila lebih dari satu controlling
idea atau tidak ada sama sekali controlling
idea. Yang perlu diperhatikan juga, ketika melakukan troubleshooting adalah memperhatikan aspek
kalimat transisi di sebuah paragraf. Hal ini terlihat sepele tetapi akan
mempengaruhi orang ketika membacanya.
Kemudian, langkah
kedua dalam menulis sebuah paragraf yang efektif adalah menjelaskan controlling idea. Pembaca bisa jadi tidak
mengetahui dengan persis maksud dan tujuan controlling
idea yang anda ajukan. Oleh karena itu, sebaiknya jangan lupa untuk
mengembangkan atau menjelaskannya.
Langkah ketiga dalam
menulis adalah memberikan satu atau beberapa contoh. Hubungan pembaca dan
penulis sangatlah tipis yaitu kata dan kalimat di dalam tulisan Anda. Oleh
karena itu, pikiran abstrak anda harus diturunkan dalam bentuk contoh. Tentu,
contoh yang diberikan jangan begitu saja diletakkan. Anda harus berperan
seperti kuli bangunan (kan kita kuli tinta!). Anda harus masukkan contoh atau
contoh-contoh ke dalam satu paragraf dengan memberikan penjelasan. Inilah
langkah keempat yang anda harus ambil. Tidaklah harus banyak-banyak penjelasan
itu. Penjelasan itu dapat berupa satu frase, satu kalimat atau beberapa frase
atau beberapa kalimat. Di tulisan di koran atau media massa, biasanya satu
frase atau satu kalimat sudah cukup. Hal ini tergantung pada kecukupan
pengembangan paragraf. Selain itu, kalimat transisi di atas yang dibahas dalam troubleshooting berguna juga dalam
pengembangan paragraf yang efektif. Harus ada transisi dalam paragraf
berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar