Sabtu, 04 Juni 2011

Listening in Action: Metode untuk Memaksimalisasi Interaksi Verbal dan Nonverbal

Listening in action dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan menyimak. Secara bahasa, menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) secara seksama apa yang orang ucapkan atau bacakan; meninjau (mengkaji ulang, memeriksa, mempelajari) secara teliti. Sebenarnya metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa. Atau lebih tepat metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam perkembangannya, metode ini digunakan juga di dalam manajemen profesional. Jadi tidak salahnya kita membahas hal ini. Apalagi hal ini dekat dengan metode design thinking pula.

Dalam metode pembelajaran bahasa, seorang peserta harus melakukan proses ini secara aktif melalui "sikap aktif" dan "strategi aktif". Hal ini akan dilakukan baik di dalam atau di luar kelas. Peran guru di sini dikatakan sebagai "peneliti" aktif. Guru berperan dalam perencanaan dan penyiapan bahan-bahan aktifitas pembelajaran plus umpan balik. Proses menyimak ini berlangsung dua pihak antara peserta dan guru. Di dalam kegiatan kerja, hal ini dapat dilakukan setiap pegawai baik antara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan bawahan.

Metode atau cara menyimak disebut juga sebagai strategi menyimak (Rost, 1991:4). Cara menyimak akan memungkinkan peserta untuk menyimak makna-makna. Strategi menyimak dibedakan menjadi strategi sosial dan strategi tujuan. Ketika berpikir tentang situasi, seorang peserta akan bertanya bagaimana dia menghadapi satu situasi tertentu? Hubungannya dengan pihak pembicara? Bagaimana klarifikasi atas sebuah masalah dia dapat peroleh? Kemudian, strategi tujuan berkenaan dengan berpikir tentang rencana. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mengorganisir apa yang saya dengar?; bagaimana saya merencanakan jawaban; apakah tujuan saya menyimak?

Kemudian, setelah seorang peserta dapat mengatasi hambatan sosial dan hambatan tujuan, maka dia akan mengembangkan dua strategi lain, yaitu strategi linguistik (bahasa) dan strategi bahan/isi/konten. Berkaitan dengan strategi linguistik, pertanyaan yang muncul adalah kata-kata apa yang harus saya perhatikan?; kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang dapat saya tebak?
Kemudian, strategi bahan/isi/konten berkaitan dengan apakah bahan simakan sejalan dengan pengetahuan yang telah saya miliki?' apa yang dapat saya prediksi? Dengan demikian tujuan dua strategi ini berbeda. Yang pertama bertujuan mengaktifkan pengetahuan bahasa, sedangkan yang kedua bertujuan mengaktifkan pengetahuan isi atau bahan simakan.

Dengan berbagai strategi di atas, metode learning in action berkaitan dengan skill untuk menyimak aktif, menyimak intensif, menyimak selektif dan menyimak interaktif.


Dalam kegiatan menyimak atentif, skill yang berusaha dibentuk adalah menyimak dan memberi jawaban singkat (pendek) terhadap lawan bicara baik secara verbal dan nonverbal. Aspek yang diperhatikan di sini berkaitan dengan kebahasaan (kata-kata kunci), non-kebahasaan (gambar, foto, musik) dan interaksi (repetisi, parafrase dan konfirmasi).

Bentuk menyimak atentif berupa interaksi tatap muka. Yang dibahas dengan menggunakan gambar atau topik-topik yang konkret melalui menyimak 'penggalan kalimat' dan terakhir memberi respons secara langsung. Contohnya berupa demonstrasi, pengimajian musik dan wawancara.

Bentuk kedua adalah menyimak intensif. Hal ini berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dikatakan "perbedaan bunyi, struktur dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan makna." Bentuknya berupa, bercerita kembali apa yang sudah disampaikan agar pesan dapat disampaikan kembali; diskriminasi (mengidentifikasi kosa kata yang diperdengarkan melalui tape recorder); percakapan dan dikte.

Bentuk menyimak ketiga berkaitan dengan menyimak selektif. Hal ini mencakup permainan isyarat, permainan ingatan, memetakan alur cerita dan melakukan talk show.

Berkenaan dengan menyimak interaktif berarti peserta harus aktif dalam proses interaksi. Hal ini dapat dilakukan dalam kerja berkelompok atau berpasangan (kelompok kecil); belajar memecahkan masalah dan memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk survei kelompok; memperkenalkan diri; menyimak secara pasti apakah perbedaan antara gambar yang ada dan bentuk testimoni atas pendapat para pendengar terkait.

Bila disimak lebih lengkap, listening in action adalah sebuah metode yang mendukung metode design listening. Ada aspek bahasa dan non-bahasa dalam proses listening (menyimpak), jadi makna dapat diuraikan dengan lebih baik ketika diketahui aspek bahasa dan non-bahasa serta interaksi sosial tempt kegiatan itu berlangsung.

Pengembangan diri sebagai seorang pegawai dapat semakin sempurna bila cara listening in action dapat kita kembangkan. Proses belajar seharusnya tidak berhenti meskipun kita menjadi seorang pegawai. Jadi, tidaklah salah bila kita terus belajar sehingga kita dapat menjadi seorang manusia yang paripurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar