Sebelum mencari bahan tulisan, seorang penulis (wartawan, penulis cerpen atau apalah sebutan lainnya) akan menentukan angle atau sudut pandang berita di lapangan. Dia juga harus membuat angle beritanya dalam pola piramida terbalik dan menerapkan konsep 5W plus 1H. Ritual ini menjadikan tulisannya mempunyai nilai berita.
Angle atau sudut pandang tulisan di lapangan dapat berkembang dan berbeda dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam dunia jurnalisme hal ini wajar adanya. Syarat perubahan ini yaitu angle berita itu harus lebih menarik.
Angle atau sudut pandang berita ini kemudian ditulis dalam pola piramida terbalik dan 5W plus 1H. Kedua hal itu penting karena konsep 5Wh plus 1H akan menentukan data dan informasi yang ditulis itu sangat perlu, perlu, kurang perlu dan semakin tidak perlu. Dengan piramida terbalik, konsep 5W plus 1H akan mudah dipangkas pihak redaktur.
Berita di surat kabar haruslah padat dan informatif. Sebaliknya berita di surat kabar menolak hal yang bertele-tele, mengulang-ulang atau berputar-putar. Hal ini biasanya dikenal dengan istilah redundansi.
Di konsep piramida terbalik, Anda harus menulis "lead" atau "teras berita." Hal ini biasanya sebanyak satu atau dua paragraf. Anda menempatkan hal yang padat dan penting di bagian ini. Data-data penting lain pada paragraf-paragraf berikutnya. Penjelasan tambahan dan informasi lain di bagian berikutnya lagi.
Apa yang penting, padat dan penjelasan di piramida terbalik dituangkan dalam konsep 5W plus 1H. Konsep 5W plus 1H adalah What, Who, When, Where, Why and How. Untuk memudahkan pembahasan ini, penulis membongkar tulisan di Majalah Tempo edisi 12 Juni 2011 dengan judul artikel Calon Anggaran: Buka Kartu Calon Anggaran.
Anda akan lihat di antara konsep 5W plus 1 H di atas yang terpenting adalah What atau apa yang akan Anda tulis atau tema apa yang Anda ingin ungkapkan di sebuah artikel. Konsep 5W plus 1H adalah unsur berita utama. Unsur berita itu harus diolah sedemikian rupa di dalam sebuah artikel. Meskipun di sebuah kalimat tidak semua unsur 5W plus 1H akan dimasukkan. WHAT dalam artikel di Majalah Tempo adalah praktek bagi-bagi anggaran negara di Dewan Perwakilan Rakyat.
Karena artikel di majalah itu sebuah feature, Anda tidak heran untuk membaca artikel feature itu secara dramatis. Hal yang penting diletakkan pada bagian lead, yaitu ancaman pembunuhan atas Wa Ode Nurhayati, politisi PAN yang membuka soal calon anggaran di DPR melalui sebuah talk show di sebuah televisi berita nasional.
Dari informasi Anggota Dewan Wa Ode Nurhayati, ada surat pemimpin DPR yang dikirim ke Menteri Keuangan. Surat pemimpin DPR ini merupakan isyarat adanya permainan terselubung. WHAT praktek bagi-bagi anggaran negara dilanjutkan dengan WHAT lain yang terkait, seperti Wa Ode Nurhayati dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR, surat yang ditanda-tangani. WHAT ini diberi klarifikasi dari berbagai sumber berita.
WHAT itu bisa mempunyai banyak nilai berita. What itu akan menjadi dasar untuk 4W lainnya. What akan dijelaskan dengan nilai berita tambahan yang menarik pembaca, yaitu WHO atau siapa tokoh yang Anda hidupkan menjadi tokoh utama di WHAT di atas. WHO bisa lebih dari satu. WHO ini harus digali sedemikian rupa agar pembaca tertarik untuk membacanya. Fungsi angle atau sudut pandang berita memainkan peranannya apakah Anda akan memunculkan WHO di dalam artikel Anda itu.
Selain itu, WHAT di atas dapat diturunkan menjadi beberapa WHAT terkait sepanjang WHAT lain saling bertaut dan mendukung WHAT utama. WHAT praktek bagi-bagi anggaran negara didukung dengan WHAT-WHAT lainnya. Yang penting WHAT-WHAT itu tidak membat
Di sini, WHO harus memiliki hubungan yang erat dengan WHAT. Bila pembaca belum mengenal WHO, tugas Anda memperkenalkannya dengan mengambil angle yang menarik untuk dibaca oleh pembaca.
WHEN adalah waktu kejadian WHAT. When akan menjadi penting. Pembaca akan memiliki informasi tentang kejadian WHAT itu melalui WHEN. Jadi, ada imajinasi yang dibangun oleh pembaca dari WHEN ini.
Kemudian, WHERE adalah tempat kejadian WHAT. Tempat kejadian dari WHAT itu bermakna. Tanpa WHERE, WHAT akan kurang berarti... (cari contoh)....
Anda juga harus mengingat pula peran WHY dan HOW di dalam unsur berita. Anda akan membangun nilai berita sebuah artikel tepatnya melalui WHY dan HOW. Karena WHY merupakan sebuah pernyataan mengapa terjadi dengan WHAT. Anda harus mengupasnya melalui berbagai sudut pandang berita. Kemudian, HOW adalah pertanyaan tentang bagaimana WHAT terjadi, bagaimana proses, seluk beluk dan berbagai hal tentang WHAT itu terjadi.
Dengan kata lain, unsur berita 5W plus 1H akan membuat pembaca mendapatkan informasi yang menarik, lengkap, bermakna, penting dan menyegarkan. Akurasi data dalam unsur berita di 5W plus 1H harus dapat diandalkan dan dapat diverifikasi. Secara utuh, nilai berita dari sebuah artikel terwujud.
Anda dapat menerapkan hal ini dalam berbagai jenis tulisan. Tulisan Anda akan lebih bermakna, terfokus dan menarik. Anda harus yakin dapat mencapai nilai berita yang paripurna dengan menggunakan kalimat sederhana. Tulisan yang enak dibaca tidaklah harus membuat pembaca berkernyit dan bingung. Bila semua sudah terwujud, Anda siap menjadi seorang penulis profesional. Anda tinggal terus berlatih menulis, menulis dan terus menulis!
Selasa, 14 Juni 2011
Sabtu, 11 Juni 2011
Teknis Menulis Artikel
Menulis itu ibarat naik motor, maka berlatihlah terus. Sebagai sebuah keterampilan, Anda harus menulis artikel dari waktu ke waktu tanpa henti. Berkaitan dengan menulis artikel di media massa, pertama berkaitan dengan cinta membaca untuk dapat menyelami pemikiran-pemikiran baru. Artikel membutuhkan pandangan dan pemikiran orang di sebuah buku, artikel atau makalah ilmiah yang dapat memperkaya khasanah tulisan Anda. Setelah membaca, catatlah ide dan pemikiran tokoh di atas. Yang harus diingat, pemikiran orang lain itu hanya sebagai pendukung argumentasi di artikel Anda.
Kemudian, Anda harus rajin mengkliping artikel yang pernah dimuat di media massa, penelitian ilmiah tentang berbagai hal dan tema tulisan. Hal ini menghindari kebuntuan (writer's block) dan kehabisan bahan mentah untuk mendukung argumentasi.
Ketiga, membaca rubrik opini. Rubrik opini itu ibarat ladang dengan kharakteristiknya sendiri-sendiri. Kharakteristik itu berkaitan dengan tema-tema, gaya tulisan dan selera media massa. Media biasanya memiliki situs internet dengan akses atas opini secara bebas dan gratis. Bacalah 10 atau 15 opini sekaligus dalam satu hari.
Keempat, membaca tajuk rencana. Anda dapat menemukan tajuk rencana di halaman opini. Tajuk rencana berisi alur berpikir, pendapat dan visi sebuah media tentang berbagai pemberitaan. Aspek kelima berkaitan dengan adanya buku sakti yang berisi data, informasi, pemikiran tokoh atau rangkuman buku-buku yang telah dibaca. Buku ini memudahkan Anda untuk menulis kapan dan di mana saja berbekal buku tersebut. Buku sakti ini akan membantu aspek administrasi dan manajemen karier kepenulisan Anda sehingga karir kepenulisan Anda lebih optimis untuk tercapai.
Tahap berikutnya berkenaan dengan tahap penulisan dan tahap pengiriman tulisan. Tahap penulisan terdiri dari menentukan gagasan utama, membuat gagasan utama, membuat judul yang menarik, memfokuskan pada maksud gagasan, memilih model P-D-K atau P-S-P, menjelaskan benang merah, menentukan sikap penulis, menghindari istilah rumit dan menentukan sasaran tembak. Dua tahap terakhir berikutnya berkaitan dengan mempertanyakan atau menggugah dan editing.
Pada tahap menentukan gagasan utama, Anda mencari tag utama untuk tulisan Anda beserta alasan dan argumentasi baik tempat dan kapan kejadian itu terjadi serta dampak dari aspek kebijakan, kritik terhadap pemerintah, alternatif kebijakan dan sebagainya.
Berkenaan dengan membuat judul, Anda dapat mencari judul yang dapat menjadikan perhatian redaktur dan pembaca sekaligus seperti judul tulisan Indra Jaya Piliang tentang kasus dugaan penipuan yang menimpa Jarwo Kuat (JK) Wapres di acara televisi republik mimpi, yaitu "Matinya Mimpi Republik." Setelah judulnya bagus, Anda harus fokus pada maksud gagasan di tulisan Anda. Jangan ngalor ngidul. Jangan ruwet dengan tidak jelas arah tulisan. Jangan banyak basa basi dengan tidak konteks. Jadi, Anda menulis satu tema saja.
Aspek tahap penulisan berkaitan dengan memilih model P-D-K atau P-S-P. Konsep ini berarti Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (P-D-K) dan Pendapat-Sanggaha-Pendirian (P-S-P). Ketika menggunakan konsep-konsep ini, artikel Anda akan mudah ditulis termasuk dukungan atau sanggahan dengan bahan dari pemikiran atau penelitian yang sudah disiapkan sebelumnya. Anda harus yakin konsep-konsep ini membuat tulisan Anda lebih meyakinkan, berbobot dan dapat diterima khalayak pembaca.
Aspek berikut ini, penulis kurang memahaminya, yaitu menjelaskan atau menarik benang merah. Disarankan berupa meramu dua unsur sekaligus, yaitu referensi dan ketajaman analisis yang akan menghasilkan benang merah pemikiran kritis. Tanda Anda menarik benang merah yang kuat adalah pembaca akan manggut-manggut.
Berkenaan dengan sikap menulis di sebuah artikel adalah Anda harus membuat sikap tegas yang diambil ketika pro atau kontra terjadi, sehingga pembaca dapat membuat identifikasi dan kekhasan tersendiri dari tulisan Anda.
Di sebuah artikel, hindari istilah-istilah yang rumit karena akan membebani pembaca. Gantilah istilah-istilah itu dengan yang lebih umum, seperti abrasi dengan pengikisan, signifikan dengan berpengaruh besar, urgen dengan penting.
Yang tidak kalah pentingnya pula adalah menentukan sasaran tembak berupa argumentasi yang jelas dan kuat atas nama dan pemikiran yang dianggap salah. Inilah teknik beradu argumentasi (melatih perang pemikiran) dan merangsang dan memaksa Anda untuk terus menulis dalam wacana pro-kontra.
Yang tidak kalah penting pula adalah mempertanyakan atau menggugah agar pembaca berkesan. Tulisan Anda akan berkesan mendalam kepada pembaca, seperti "Akankah hakim berani memutuskan Soeharto bersalah?" atau "Semoga masa depan sepakbola kita bisa maju tanpa kekerasan."
Aspek terakhir dari tahap penulisan adalah editing. Anda harus melakukan evaluasi dan koreksi dengan mengedit tulisan sebelum Anda kirimkan. Editing ditujukan pada cara logika berpikir di tulisan Anda dan memperbaiki aliran gagasan dengan kalimat-kalimat yang pembaca dengan mudah memahaminya. Editing juga berkaitan dengan EYD dan gaya tulisan yang indah, gurih dan enak dibaca.
Berkenaan dengan tahap pengiriman, ketahuilah email redaksi surat kabar terkait, sertakan selembar kertas kata pengantar, menyertakan biodata plus nomor rekening untuk pembayaran tulisan Anda bila dimuat.
Resume ini dari tulisan Teknik Menulis Artikel dari *Penulis Lepas. CEO Komunik@ta Network (Kanetwork)
Contoh: Pola Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (P-D-K)
A (pembuka) Banyak pejabat bekerja di kantor diiringin kepusingan. (pendirian) Pemecahan masalah ini ialah dengan memperbaiki cara kerja. Pertama (dukungan I) dengan melaksanakan pola penggolongan (penjelasan), yaitu kegiatan mengelompokkan berbagai hal dalam golongan tertentu menurut keperluan praktis. Misalnya penggolongan rencana kerja, hal yang sedang ditandatangani, dan urusan yang sudah selesai. Surat dan berkas, buku, dan dokumen perlu digolong-golongkan. (peralihan) Agar dapat bekerja dengan efisien, (dukungan II) hal yang penting yang harus dilakukan ialah mencatat informasi, alamat, dan nomor telepon yang penting-penting serta nama relasi (peralihan) Di samping itu, (dukungan III) masih ada cara lain yaitu dengan membuat program (penjelasan). Setiap pejabat hendaknya merencanakan suatu program kerja yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, mengatur dan memerinci langkah yang akan dikerjakan. Dengan kata lain, program meliputi program kerja, langkah kerja, dan cara kerja. (peralihan) jelaslah kiranya agar ketegangan mental dapat dicegah, (kesimpulan) cara kerja harus diperbaiki dengan mengikuti pola tertentu, seperti telah diterangkan di atas.
Paragraf A dapat dibuat kerangka sebagai berikut:
P : kepusingan kerja dapat diatasi dengan cara kerja
D1 : melaksanakan penggolongan kerja
D2 : mencatat hal yang penting
D3 : membuat program kerja
K : dengan 1, 2, 3 kepusingan kerja dapat diatasi dengan mudah
Contoh: Pola Pendapat-Sanggahan-Pendirian (P-S-P)
Menulis dengan pola PSP berdaya guna untuk menyerang dan menyanggah pendapat orang lain yang tidak disetujui. Menyanggah pendapat orang lain sekaligus mengemukakan pendapat sendiri. Setelah mengemukakan sanggahan, Anda menarik kesimpulan yang menegaskan pendirian Anda.
B (pendapat) Sudah menjadi anggapan umum bahwa dengan bekerja sama akan berhasil lebih baik. (peralihan) Akan tetapi, kenyataannya tidak selalu benar. (pendirian) Kalau dua orang bekerja sama, sering timbul bahaya, satu pihak menghambat pihak lain. (peralihan) Mengapa? (sanggahan I) Makin kuat kepercayaan mereka satu sama lain, makin besar kemungkinan mereka secara sadar berkata dalam hati "Buat apa aku susah payah memikirkan? Dia toh akan menemukan pemecahannya." (penjelasan). Kalau begitu, jelas ide-ide kreatif tidak akan muncul dalam kerja sama. Dan menggantungkan diri pada mitranya. (peralihan selanjutnya). Sebagai akibatnya, (sanggahan II) sikap seperti ini menunjukkan tiadanya kesungguhan. (penjelasan tanpa kesungguhan mustahil kita dapat menemukan pemecaan masalah. (peralihan) Sebagai akibatnya, (sanggahan III) gagasan kreatif tidak akan datang. (penjelasan) Padahal, untuk berpikir kreatif membutuhkan gagasan yang kreatif pula. (peralihan) Jadi, (kesimpulan) kerja sama tidak selamanya dapat membangun kreativitas, justru sebaliknya, ada bahay saling menghambat daya cipta.
Jika paragraf B dibongkar menjadi kerangka kerja,
P : kerja sama itu baik
S1 : saling menggantungkan pada rekan kerja
S2 : tidak ada kesungguhan.
S3 : kreativitas tidak muncul
Pada tingkat artikel berpola PSP, kerangka artikelnya sebagai berikut:
1. Pengantar paragraf; pendapat orang yang ditentang, pendirian
2. Paragraf tubuh artikel; paragraf-paragraf PSP
3. Paragraf penutup; pendapat orang yang tidak disetujui penulis, rangkuman pendirian-pendirian penulis, penegasan kembali pendirian
Kemudian, Anda harus rajin mengkliping artikel yang pernah dimuat di media massa, penelitian ilmiah tentang berbagai hal dan tema tulisan. Hal ini menghindari kebuntuan (writer's block) dan kehabisan bahan mentah untuk mendukung argumentasi.
Ketiga, membaca rubrik opini. Rubrik opini itu ibarat ladang dengan kharakteristiknya sendiri-sendiri. Kharakteristik itu berkaitan dengan tema-tema, gaya tulisan dan selera media massa. Media biasanya memiliki situs internet dengan akses atas opini secara bebas dan gratis. Bacalah 10 atau 15 opini sekaligus dalam satu hari.
Keempat, membaca tajuk rencana. Anda dapat menemukan tajuk rencana di halaman opini. Tajuk rencana berisi alur berpikir, pendapat dan visi sebuah media tentang berbagai pemberitaan. Aspek kelima berkaitan dengan adanya buku sakti yang berisi data, informasi, pemikiran tokoh atau rangkuman buku-buku yang telah dibaca. Buku ini memudahkan Anda untuk menulis kapan dan di mana saja berbekal buku tersebut. Buku sakti ini akan membantu aspek administrasi dan manajemen karier kepenulisan Anda sehingga karir kepenulisan Anda lebih optimis untuk tercapai.
Tahap berikutnya berkenaan dengan tahap penulisan dan tahap pengiriman tulisan. Tahap penulisan terdiri dari menentukan gagasan utama, membuat gagasan utama, membuat judul yang menarik, memfokuskan pada maksud gagasan, memilih model P-D-K atau P-S-P, menjelaskan benang merah, menentukan sikap penulis, menghindari istilah rumit dan menentukan sasaran tembak. Dua tahap terakhir berikutnya berkaitan dengan mempertanyakan atau menggugah dan editing.
Pada tahap menentukan gagasan utama, Anda mencari tag utama untuk tulisan Anda beserta alasan dan argumentasi baik tempat dan kapan kejadian itu terjadi serta dampak dari aspek kebijakan, kritik terhadap pemerintah, alternatif kebijakan dan sebagainya.
Berkenaan dengan membuat judul, Anda dapat mencari judul yang dapat menjadikan perhatian redaktur dan pembaca sekaligus seperti judul tulisan Indra Jaya Piliang tentang kasus dugaan penipuan yang menimpa Jarwo Kuat (JK) Wapres di acara televisi republik mimpi, yaitu "Matinya Mimpi Republik." Setelah judulnya bagus, Anda harus fokus pada maksud gagasan di tulisan Anda. Jangan ngalor ngidul. Jangan ruwet dengan tidak jelas arah tulisan. Jangan banyak basa basi dengan tidak konteks. Jadi, Anda menulis satu tema saja.
Aspek tahap penulisan berkaitan dengan memilih model P-D-K atau P-S-P. Konsep ini berarti Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (P-D-K) dan Pendapat-Sanggaha-Pendirian (P-S-P). Ketika menggunakan konsep-konsep ini, artikel Anda akan mudah ditulis termasuk dukungan atau sanggahan dengan bahan dari pemikiran atau penelitian yang sudah disiapkan sebelumnya. Anda harus yakin konsep-konsep ini membuat tulisan Anda lebih meyakinkan, berbobot dan dapat diterima khalayak pembaca.
Aspek berikut ini, penulis kurang memahaminya, yaitu menjelaskan atau menarik benang merah. Disarankan berupa meramu dua unsur sekaligus, yaitu referensi dan ketajaman analisis yang akan menghasilkan benang merah pemikiran kritis. Tanda Anda menarik benang merah yang kuat adalah pembaca akan manggut-manggut.
Berkenaan dengan sikap menulis di sebuah artikel adalah Anda harus membuat sikap tegas yang diambil ketika pro atau kontra terjadi, sehingga pembaca dapat membuat identifikasi dan kekhasan tersendiri dari tulisan Anda.
Di sebuah artikel, hindari istilah-istilah yang rumit karena akan membebani pembaca. Gantilah istilah-istilah itu dengan yang lebih umum, seperti abrasi dengan pengikisan, signifikan dengan berpengaruh besar, urgen dengan penting.
Yang tidak kalah pentingnya pula adalah menentukan sasaran tembak berupa argumentasi yang jelas dan kuat atas nama dan pemikiran yang dianggap salah. Inilah teknik beradu argumentasi (melatih perang pemikiran) dan merangsang dan memaksa Anda untuk terus menulis dalam wacana pro-kontra.
Yang tidak kalah penting pula adalah mempertanyakan atau menggugah agar pembaca berkesan. Tulisan Anda akan berkesan mendalam kepada pembaca, seperti "Akankah hakim berani memutuskan Soeharto bersalah?" atau "Semoga masa depan sepakbola kita bisa maju tanpa kekerasan."
Aspek terakhir dari tahap penulisan adalah editing. Anda harus melakukan evaluasi dan koreksi dengan mengedit tulisan sebelum Anda kirimkan. Editing ditujukan pada cara logika berpikir di tulisan Anda dan memperbaiki aliran gagasan dengan kalimat-kalimat yang pembaca dengan mudah memahaminya. Editing juga berkaitan dengan EYD dan gaya tulisan yang indah, gurih dan enak dibaca.
Berkenaan dengan tahap pengiriman, ketahuilah email redaksi surat kabar terkait, sertakan selembar kertas kata pengantar, menyertakan biodata plus nomor rekening untuk pembayaran tulisan Anda bila dimuat.
Resume ini dari tulisan Teknik Menulis Artikel dari *Penulis Lepas. CEO Komunik@ta Network (Kanetwork)
Contoh: Pola Pendirian-Dukungan-Kesimpulan (P-D-K)
A (pembuka) Banyak pejabat bekerja di kantor diiringin kepusingan. (pendirian) Pemecahan masalah ini ialah dengan memperbaiki cara kerja. Pertama (dukungan I) dengan melaksanakan pola penggolongan (penjelasan), yaitu kegiatan mengelompokkan berbagai hal dalam golongan tertentu menurut keperluan praktis. Misalnya penggolongan rencana kerja, hal yang sedang ditandatangani, dan urusan yang sudah selesai. Surat dan berkas, buku, dan dokumen perlu digolong-golongkan. (peralihan) Agar dapat bekerja dengan efisien, (dukungan II) hal yang penting yang harus dilakukan ialah mencatat informasi, alamat, dan nomor telepon yang penting-penting serta nama relasi (peralihan) Di samping itu, (dukungan III) masih ada cara lain yaitu dengan membuat program (penjelasan). Setiap pejabat hendaknya merencanakan suatu program kerja yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, mengatur dan memerinci langkah yang akan dikerjakan. Dengan kata lain, program meliputi program kerja, langkah kerja, dan cara kerja. (peralihan) jelaslah kiranya agar ketegangan mental dapat dicegah, (kesimpulan) cara kerja harus diperbaiki dengan mengikuti pola tertentu, seperti telah diterangkan di atas.
Paragraf A dapat dibuat kerangka sebagai berikut:
P : kepusingan kerja dapat diatasi dengan cara kerja
D1 : melaksanakan penggolongan kerja
D2 : mencatat hal yang penting
D3 : membuat program kerja
K : dengan 1, 2, 3 kepusingan kerja dapat diatasi dengan mudah
Contoh: Pola Pendapat-Sanggahan-Pendirian (P-S-P)
Menulis dengan pola PSP berdaya guna untuk menyerang dan menyanggah pendapat orang lain yang tidak disetujui. Menyanggah pendapat orang lain sekaligus mengemukakan pendapat sendiri. Setelah mengemukakan sanggahan, Anda menarik kesimpulan yang menegaskan pendirian Anda.
B (pendapat) Sudah menjadi anggapan umum bahwa dengan bekerja sama akan berhasil lebih baik. (peralihan) Akan tetapi, kenyataannya tidak selalu benar. (pendirian) Kalau dua orang bekerja sama, sering timbul bahaya, satu pihak menghambat pihak lain. (peralihan) Mengapa? (sanggahan I) Makin kuat kepercayaan mereka satu sama lain, makin besar kemungkinan mereka secara sadar berkata dalam hati "Buat apa aku susah payah memikirkan? Dia toh akan menemukan pemecahannya." (penjelasan). Kalau begitu, jelas ide-ide kreatif tidak akan muncul dalam kerja sama. Dan menggantungkan diri pada mitranya. (peralihan selanjutnya). Sebagai akibatnya, (sanggahan II) sikap seperti ini menunjukkan tiadanya kesungguhan. (penjelasan tanpa kesungguhan mustahil kita dapat menemukan pemecaan masalah. (peralihan) Sebagai akibatnya, (sanggahan III) gagasan kreatif tidak akan datang. (penjelasan) Padahal, untuk berpikir kreatif membutuhkan gagasan yang kreatif pula. (peralihan) Jadi, (kesimpulan) kerja sama tidak selamanya dapat membangun kreativitas, justru sebaliknya, ada bahay saling menghambat daya cipta.
Jika paragraf B dibongkar menjadi kerangka kerja,
P : kerja sama itu baik
S1 : saling menggantungkan pada rekan kerja
S2 : tidak ada kesungguhan.
S3 : kreativitas tidak muncul
Pada tingkat artikel berpola PSP, kerangka artikelnya sebagai berikut:
1. Pengantar paragraf; pendapat orang yang ditentang, pendirian
2. Paragraf tubuh artikel; paragraf-paragraf PSP
3. Paragraf penutup; pendapat orang yang tidak disetujui penulis, rangkuman pendirian-pendirian penulis, penegasan kembali pendirian
Label:
editing,
email,
Pola PDK dan PSP,
rekening,
tekniks menulis artikel
Sabtu, 04 Juni 2011
Listening in Action: Metode untuk Memaksimalisasi Interaksi Verbal dan Nonverbal
Listening in action dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan menyimak. Secara bahasa, menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) secara seksama apa yang orang ucapkan atau bacakan; meninjau (mengkaji ulang, memeriksa, mempelajari) secara teliti. Sebenarnya metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa. Atau lebih tepat metode ini digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam perkembangannya, metode ini digunakan juga di dalam manajemen profesional. Jadi tidak salahnya kita membahas hal ini. Apalagi hal ini dekat dengan metode design thinking pula.
Dalam metode pembelajaran bahasa, seorang peserta harus melakukan proses ini secara aktif melalui "sikap aktif" dan "strategi aktif". Hal ini akan dilakukan baik di dalam atau di luar kelas. Peran guru di sini dikatakan sebagai "peneliti" aktif. Guru berperan dalam perencanaan dan penyiapan bahan-bahan aktifitas pembelajaran plus umpan balik. Proses menyimak ini berlangsung dua pihak antara peserta dan guru. Di dalam kegiatan kerja, hal ini dapat dilakukan setiap pegawai baik antara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan bawahan.
Metode atau cara menyimak disebut juga sebagai strategi menyimak (Rost, 1991:4). Cara menyimak akan memungkinkan peserta untuk menyimak makna-makna. Strategi menyimak dibedakan menjadi strategi sosial dan strategi tujuan. Ketika berpikir tentang situasi, seorang peserta akan bertanya bagaimana dia menghadapi satu situasi tertentu? Hubungannya dengan pihak pembicara? Bagaimana klarifikasi atas sebuah masalah dia dapat peroleh? Kemudian, strategi tujuan berkenaan dengan berpikir tentang rencana. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mengorganisir apa yang saya dengar?; bagaimana saya merencanakan jawaban; apakah tujuan saya menyimak?
Kemudian, setelah seorang peserta dapat mengatasi hambatan sosial dan hambatan tujuan, maka dia akan mengembangkan dua strategi lain, yaitu strategi linguistik (bahasa) dan strategi bahan/isi/konten. Berkaitan dengan strategi linguistik, pertanyaan yang muncul adalah kata-kata apa yang harus saya perhatikan?; kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang dapat saya tebak?
Kemudian, strategi bahan/isi/konten berkaitan dengan apakah bahan simakan sejalan dengan pengetahuan yang telah saya miliki?' apa yang dapat saya prediksi? Dengan demikian tujuan dua strategi ini berbeda. Yang pertama bertujuan mengaktifkan pengetahuan bahasa, sedangkan yang kedua bertujuan mengaktifkan pengetahuan isi atau bahan simakan.
Dengan berbagai strategi di atas, metode learning in action berkaitan dengan skill untuk menyimak aktif, menyimak intensif, menyimak selektif dan menyimak interaktif.
Dalam kegiatan menyimak atentif, skill yang berusaha dibentuk adalah menyimak dan memberi jawaban singkat (pendek) terhadap lawan bicara baik secara verbal dan nonverbal. Aspek yang diperhatikan di sini berkaitan dengan kebahasaan (kata-kata kunci), non-kebahasaan (gambar, foto, musik) dan interaksi (repetisi, parafrase dan konfirmasi).
Bentuk menyimak atentif berupa interaksi tatap muka. Yang dibahas dengan menggunakan gambar atau topik-topik yang konkret melalui menyimak 'penggalan kalimat' dan terakhir memberi respons secara langsung. Contohnya berupa demonstrasi, pengimajian musik dan wawancara.
Bentuk kedua adalah menyimak intensif. Hal ini berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dikatakan "perbedaan bunyi, struktur dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan makna." Bentuknya berupa, bercerita kembali apa yang sudah disampaikan agar pesan dapat disampaikan kembali; diskriminasi (mengidentifikasi kosa kata yang diperdengarkan melalui tape recorder); percakapan dan dikte.
Bentuk menyimak ketiga berkaitan dengan menyimak selektif. Hal ini mencakup permainan isyarat, permainan ingatan, memetakan alur cerita dan melakukan talk show.
Berkenaan dengan menyimak interaktif berarti peserta harus aktif dalam proses interaksi. Hal ini dapat dilakukan dalam kerja berkelompok atau berpasangan (kelompok kecil); belajar memecahkan masalah dan memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk survei kelompok; memperkenalkan diri; menyimak secara pasti apakah perbedaan antara gambar yang ada dan bentuk testimoni atas pendapat para pendengar terkait.
Bila disimak lebih lengkap, listening in action adalah sebuah metode yang mendukung metode design listening. Ada aspek bahasa dan non-bahasa dalam proses listening (menyimpak), jadi makna dapat diuraikan dengan lebih baik ketika diketahui aspek bahasa dan non-bahasa serta interaksi sosial tempt kegiatan itu berlangsung.
Pengembangan diri sebagai seorang pegawai dapat semakin sempurna bila cara listening in action dapat kita kembangkan. Proses belajar seharusnya tidak berhenti meskipun kita menjadi seorang pegawai. Jadi, tidaklah salah bila kita terus belajar sehingga kita dapat menjadi seorang manusia yang paripurna.
Dalam metode pembelajaran bahasa, seorang peserta harus melakukan proses ini secara aktif melalui "sikap aktif" dan "strategi aktif". Hal ini akan dilakukan baik di dalam atau di luar kelas. Peran guru di sini dikatakan sebagai "peneliti" aktif. Guru berperan dalam perencanaan dan penyiapan bahan-bahan aktifitas pembelajaran plus umpan balik. Proses menyimak ini berlangsung dua pihak antara peserta dan guru. Di dalam kegiatan kerja, hal ini dapat dilakukan setiap pegawai baik antara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan bawahan.
Metode atau cara menyimak disebut juga sebagai strategi menyimak (Rost, 1991:4). Cara menyimak akan memungkinkan peserta untuk menyimak makna-makna. Strategi menyimak dibedakan menjadi strategi sosial dan strategi tujuan. Ketika berpikir tentang situasi, seorang peserta akan bertanya bagaimana dia menghadapi satu situasi tertentu? Hubungannya dengan pihak pembicara? Bagaimana klarifikasi atas sebuah masalah dia dapat peroleh? Kemudian, strategi tujuan berkenaan dengan berpikir tentang rencana. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mengorganisir apa yang saya dengar?; bagaimana saya merencanakan jawaban; apakah tujuan saya menyimak?
Kemudian, setelah seorang peserta dapat mengatasi hambatan sosial dan hambatan tujuan, maka dia akan mengembangkan dua strategi lain, yaitu strategi linguistik (bahasa) dan strategi bahan/isi/konten. Berkaitan dengan strategi linguistik, pertanyaan yang muncul adalah kata-kata apa yang harus saya perhatikan?; kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang dapat saya tebak?
Kemudian, strategi bahan/isi/konten berkaitan dengan apakah bahan simakan sejalan dengan pengetahuan yang telah saya miliki?' apa yang dapat saya prediksi? Dengan demikian tujuan dua strategi ini berbeda. Yang pertama bertujuan mengaktifkan pengetahuan bahasa, sedangkan yang kedua bertujuan mengaktifkan pengetahuan isi atau bahan simakan.
Dengan berbagai strategi di atas, metode learning in action berkaitan dengan skill untuk menyimak aktif, menyimak intensif, menyimak selektif dan menyimak interaktif.
Dalam kegiatan menyimak atentif, skill yang berusaha dibentuk adalah menyimak dan memberi jawaban singkat (pendek) terhadap lawan bicara baik secara verbal dan nonverbal. Aspek yang diperhatikan di sini berkaitan dengan kebahasaan (kata-kata kunci), non-kebahasaan (gambar, foto, musik) dan interaksi (repetisi, parafrase dan konfirmasi).
Bentuk menyimak atentif berupa interaksi tatap muka. Yang dibahas dengan menggunakan gambar atau topik-topik yang konkret melalui menyimak 'penggalan kalimat' dan terakhir memberi respons secara langsung. Contohnya berupa demonstrasi, pengimajian musik dan wawancara.
Bentuk kedua adalah menyimak intensif. Hal ini berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dikatakan "perbedaan bunyi, struktur dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan makna." Bentuknya berupa, bercerita kembali apa yang sudah disampaikan agar pesan dapat disampaikan kembali; diskriminasi (mengidentifikasi kosa kata yang diperdengarkan melalui tape recorder); percakapan dan dikte.
Bentuk menyimak ketiga berkaitan dengan menyimak selektif. Hal ini mencakup permainan isyarat, permainan ingatan, memetakan alur cerita dan melakukan talk show.
Berkenaan dengan menyimak interaktif berarti peserta harus aktif dalam proses interaksi. Hal ini dapat dilakukan dalam kerja berkelompok atau berpasangan (kelompok kecil); belajar memecahkan masalah dan memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk survei kelompok; memperkenalkan diri; menyimak secara pasti apakah perbedaan antara gambar yang ada dan bentuk testimoni atas pendapat para pendengar terkait.
Bila disimak lebih lengkap, listening in action adalah sebuah metode yang mendukung metode design listening. Ada aspek bahasa dan non-bahasa dalam proses listening (menyimpak), jadi makna dapat diuraikan dengan lebih baik ketika diketahui aspek bahasa dan non-bahasa serta interaksi sosial tempt kegiatan itu berlangsung.
Pengembangan diri sebagai seorang pegawai dapat semakin sempurna bila cara listening in action dapat kita kembangkan. Proses belajar seharusnya tidak berhenti meskipun kita menjadi seorang pegawai. Jadi, tidaklah salah bila kita terus belajar sehingga kita dapat menjadi seorang manusia yang paripurna.
Langganan:
Postingan (Atom)