Selasa, 20 Mei 2014

Kebangkitan Nasional dan Revolusi Mental

KOMPAS,  20 Mei 2014

Bung Karno berkata lebih sulit membangun masyarakat daripada membangun negara. Membangun masyarakat haruslah berakar dari kepribadian masyarakat atau dikenal sebagai kepribadian dan kebudayaan bangsa. Dengan berhasil membangun masyarakat, membangun negara yang kuat menjadi lebih mudah diwujudkan termasuk sumber hukum negara itu. Bila tidak, Bung Karno sebut hal itu sebagai vroeg of laat (pagi atau sore hukumnya akan dirubah). Untuk itu, perlu mencari kembali kepribadian bangsa sendiri. Bung Karno katakan "Pancasila adalah hasil penggalian kepribadian bangsa Indonesia." Oleh karena itu, ingatlah sejarah terutama apa Sukarno katakan dalam pidatonya "Indonesia Menggugat" tentang keharusan membangun masyarakat.

Kesadaran Baru
Indonesia saat ini adalah tempat pengambilan bekal hidup dari kebutuhan barang dan dan produk industri hingga lapangan usaha bagi modal keuangan negara dan bangsa lain. Sebaliknya, kepribadian bangsa yang bersumber dari Pancasila luntur termasuk sumber hukum dalam cita-cita politik, sosial, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, perlunya kebangkitan kesadaran nasional untuk kembali ke Pancasila. Pelopor kebangkitan nasional Indonesia telah berhasil lepas dari kuasa kolonialisme-imperalisme dari lahirnya Budi Utomo (1908) hingga gerakan non-kooperatif dan Proklamasi 17 Agustus 1945. Saat ini dibutuhkan revolusi mental kebangkitan kesadaran seperti dilontarkan capres PDI-P, Joko Widodo. Revolusi ini mental hendaknya melahirkan manusia perbaruan, pionir kemajuan dan pelopor perubahan.

Spirit Bung Karno

Dalam pidato Bung Karno tahun 1957 dengan judul A Year of Decision, disebutkan tentang revolusi mental yang disebutnya sebagai Gerakan Hidup Baru. Bung Karno mengartikannya sebagai "menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat Elang Rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala . . . untuk menyelesaikan satu perjuanganyang amat besar . . . " Atau kutipan kata-kata Bung Karno dari George Bernard Shaw, "Kebahagiaan sejati ialah membaktikan dirimu kepada sesuatu yang besar. Jika engkau mencoba berbuat sesuatu yang besar, maka bayangan kebesarannya sebagian jatuh kepadamu juga." Oleh karena itu, revolusi mental dapat direalisasikan dan dimonitor jika terealisasi.

Penulis: Puti Guntur Soekarno; Anggota Komisi X DPR Fraksi PDI-P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar